Selasa, 08 November 2011

Menjaga Tradisi Kepahlawanan

Menjaga Tradisi Kepahlawanan


"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.
dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,
(Asy-Syuara : 83-84)


Keputusan telah dijatuhkan. Ibrahim harus dihukum dengan membakarnya hidup-hidup dalam api yang besar, sebesar dosa yang telah dilakukannya. Maka persiapan upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat terus dilakukan. Tanah lapang tempat pembakaran disediakan, kayu bakar dengan jumlah yang demikian banyaknya terus dikumpulkan. Tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat, sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Ibrahim.

Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah lautan api yang dahsyat. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Ibrahim didatangkan dan dilemparkanlah ia ke dalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu. Maka datanglah kebesaran dan kuasa Allah. "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." (QS. 21:69)

Kisah di atas hanyalah satu episode dari perjalanan panjang kehidupan Nabi Ibrahim yang mendapatkan sebutan sebagai Bapaknya Para Nabi ini. Kisah Nabi Ibrahim memang selalu sarat dengan pelajaran dan hikmah untuk digali setiap saat. Maka itulah salah satu rahasia mengapa Allah mengabadikannya nyaris secara detil episode-episode kehidupan Nabi Ibrahim di dalam Al Qur’an. Dan doa-doanya pun melegenda, melewati batas generasi dan zaman.

Momentum Sejarah

Muhammad al Fatih, sejak kecil ia telah mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadist Rasulullah SAW. Di antara hadist yang disampaikan secara berulang-ulang kepada beliau pada masa kecilnya adalah hadist yang berisi ramalan Rasulullah tentang penaklukan kota Konstantinopel sebagai berikut: “Konstatinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada dibawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad)

Di masa shahabat, pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu. Bahkan salah seorang shahabat yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra, yang menjadi anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya sejak era kenabian.

Abu Ayyub Al-Anshari berkata, "Aku mendengar baginda Rasulullah SAW bersabda bahwa ada seorang lelaki shalih akan dikuburkan di bawah tembok tersebut, Dan aku juga ingin mendengar derap tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja, yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda".

Konstantinopel adalah sebuah kota yang sangat kuat dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah, kota itu menjadi kota pusat peradaban barat dan tidak pernah ada satu pun lawan yang mampu menembus benteng pertahanannya. Benteng Bosporus terlalu tinggi temboknya, terlalu tebal dindingnya. Bahkan benteng itu dikelilingi oleh laut yang membuat musuh yang ingin menerobos selalu gagal.

Namun akhirnya benteng itu terbuka juga dan kota Konstantinopel menyerah. Pahlawan muslim yang ditakdirkan menjadi orang yang telah dikabarkan Rasulullah SAW itu adalah Sultan Muhammad Al-Fatih. Al-Fatih adalah gelar untuk beliau yang maknanya Sang Penakluk. Karena beliau adalah orang yang berhasil membebaskan jantung Eropa itu ke tangan Islam.

Memaksimalkan Peran

Nabiyullah Ibrahim dengan peran kenabiannya yang telah Allah abadikan dalam Al Qur’an, membuat sejarah mencatatnya sebagai peletak kembali pondasi ketauhidan. Muhammad al Fatih yang dengan peran kesultanannya berhasil menaklukkan kota Konstantinopel, telah mencatatkan namanya dalam jajaran para pahlawan Islam yang mengharumkan peradaban bumi ini.

Maka sesungguhnya, tabiat Islam adalah senantiasa mendorong, menumbuhkan dan memunculkan jiwa-jiwa pahlawan pada setiap insan yang secara kaffah mengamalkannya. Yang dituntut hanyalah totalitas kita dalam menjalankan peran-peran yang kita emban. Allah SWT berfirman :

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah : 105)

Dan dalam ayat yang lain Allah berfirman :

Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui.” (QS Az-Zumar : 39)

Mengukir Prestasi, Mencatat Prasasti

Apa pun peran kita, yang ada adalah tuntutan totalitas. Pengerahan segala potensi, keterampilan, keahlian bahkan tabiat atau karakter yang kita punyai untuk mendukung peran-peran yang kita emban, InsyaAllah akan menghasilkan prestasi yang terbaik dalam kehidupan kita. Maka sebagaimana doa Nabi Ibrahim di atas, prestasi itu akan terprasastikan dan menjadi buah tutur yang baik bagi generasi berikutnya.

Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.” (QS Al isra’ : 84)

Maka dengan begitu, negeri ini akan kembali subur melahirkan jiwa-jiwa pahlawan seperti ketika dulu negeri ini melahirkan sosok-sosok besar seperti Imam Bonjol, Teuku Umar dan Pangeran Diponegoro yang menurut laporan sejarah dari orang Belanda sendiri, akibat perlawanan yang bersamaan yang mereka lakukan, 8000 serdadu Belanda tewas dan kehilangan 20 juta gulden habis oleh gerakan yang dipimpin oleh para ulama tersebut lewat satu komando.

Wallahu a’lam bish-shawab.
@Lt 19 Ged Utama, 16.15 WIB. bahan utk buletin

Senin, 19 September 2011

Laskar Senja : Syawalan 1432 H

Alhamdulillah, syawalan anggota laskar untuk tahun 1432 H ini terlaksana juga. Momen ini menjadi momen yang sangat langka, karena semua anggota keluarga laskar diusahakan bisa ikut serta sehingga menjadi sarana untuk saling mengenal lebih satu sama lain.

Semoga silaturahim ini terus berlanjut, tidak hanya ketika masih aktid menjadi anggota laskar. Kelak meski harus bertebaran lagi, kita akan usahakan untuk selalu mengadakan even pertemuan anggota laskar maupun alumninya.

Semoga.

Rabu, 07 September 2011

Puasa, Takwa, dan Syawal

Puasa, Takwa, dan Syawal

Sudah kita ketahui bahwa ibadah puasa ramadhan untuk membentuk pribadi yang bertakwa, lalu bagaimana kah ciri pribadi yang bertakwa itu selepas bulan ramadhan bisa kita lihat? Maka mari kita lihat QS Ali Imran : 133-135 :

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”


Salah ciri satu orang yang bertakwa di atas, sbg hasil dari tarbiyah ramadan selama sebulan adalah wa afina ‘aninnaas yaitu memaafkan kesalahan orang. Maka untuk mensyiarkan karakter inilah maka terciptalah tradisi halal bi halal yang ada di negara ini. Yang pada intinya adalah untuk saling mengikhlaskan segala keselahan di antara sesama.

Halal bi hala tidak akan lengkap kalo kita tidak membahas tentang silaturahim yang kemudian identik dengan mudik. Banyak di antara kita rela untuk membayar tiket mahal, melewati perjalanan yang panjang dan bermacet ria, demi satu hal yang bernama silaturahim tadi. Maka perlu kita lihat juga, beberapa hadits nabi yang mengabarkan kepada kita tentang pentingnya silaturahim.

1. Orang yang memutus silaturahim tidak akan masuk surga

Hadis riwayat Jubair bin Muth`im ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan. (Shahih Muslim No.4636)

2. Silaturahim akan memudahkan rejeki

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)

3. Silaturahim akan memanjangkan umur

Selain hadits di atas (point 2), Keutamaan inipun dikuatkan dengan hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yang berbunyi :

صِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيْدُ الْعُمُرَ

Artinya: “Silaturahim bisa menambah umur.” [Dikeluarkan oleh Al Qadha’i dalam Musnad Asy Syihab dan dihasankan oleh Al Munawi dalam Faidhul Qadir (4/192) dan Al Albani menshahihkannya dalam Shahihul Jami' no. 3776]

Pertama. Yang dimaksud dengan tambahan (atau dipanjangkan umurnya) di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.

Kedua. Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim ataukah tidak). Inilah makna firman Allah Ta’ala :

يَمْحُو اللهُ مَايَشَآءُ وَيُثْبِتُ

Artinya: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki).” (QS Ar Ra’d:39).

Sehingga seolah-olah di mata manusia, umurnya yang bertambah shg menjadi 100 tahun.

Dan yang ketiga. Yang dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)]

Terakhir, sebagai hiburan marilah kita belajar tentang makna ikhlas. Bagaimana seharusnya sikap kita yang harus kita bangun dalam mengikhlaskan segala kesalahan orang lain kepada kita. Ustadz Mujab Mahalli, seorang kyai di bilangan Krapyak Yogyakarta, dalam sebuah bukunya menceritakan tentang contoh sebuah keikhlasan.

Tersebutlah seorang kyai yang mempunyai dua orang santri yang telah lulus dari pondoknya. Kebetulan keduanya bersaudara dan tinggal berdekatan. Sebut saja namanya Karyo dan Kardi. Setelah sekian bulan lamanya mereka tidak bertemu kyai mereka, ada kerinduan dalam diri mereka.

Karyo mengutarakan hal itu kepada istrinya, ”Aku kok kangen sama pak kyai ya, Bune. Bagaimana kalo kita sowan beliau?” ”Ya bagus tho Pakne, saya setuju itu.” jawab istrinya. ”Kita bawa oleh-oleh ya buat beliau, kita punya apa?” tanya Karyo. Mereka hanya seorang petani desa dengan ladang yang tidak begitu luas. ”Ya, cuma ketela di belakang rumah itu, Pakne.” kata istrinya. ”Ya sudah, tujuan kita kan silaturahmi. InsyaAllah beliau berkenan.” kata Karyo mantab.

Singkat cerita, mereka berdua akhirnya sampai di rumah kyai mereka. Kyai dan santri itu banyak berbincang sambil melepas kerinduan mereka. Ketika hari menjelang sore, Karyo dan istrinya berpamitan. ”Tunggu sebentar ya.” kata sang kyai sambil ke ruang dalam mengajak istrinya. ”Nyai, apa yang kita punyai untuk oleh-oleh si Karyo?” tanya kyai kepada istrinya. ”Cuma seekor kambing di belakang itu, kyai.” jawabnya. ”Yo wis, kita bawakan untuk si karyo ya.” kata kyai. Karyo pulang ke desanya sambil menuntun seekor kambing, pemberian sang kyai

Sampai di rumah, demi melihat Karyo menuntun seekor kambing, Kardi bertanya kepadanya, ”Lah, dari mana kamu yo? Kok pulang-pulang membawa seekor kambing?” ”Dari rumah kyai.” jawab karyo singkat. ”Memang kamu bawa oleh-oleh apa tadi?” tanya kardi penasaran. ”Cuma bawa ketela pohon saja.” kata Karyo.

Tiba-tiba pikiran Kardi berhitung matematis. Jika Karyo saja sowan kyai membawa ketela diberi seekor kambing, kalo bawa seekor kambing pasti dapatnya paling tidak seekor sapi.Begitu pikiran dalam benaknya.

Hari berikutnya, segera Kardi mengajak istrinya sowan ke sang kyai. Tidak lupa dia menuntun seekor kambing buat oleh-oleh gurunya itu. Sesampai di rumah kyai, mereka disambut gembira sang kyai. Sama seperti Karyo, mereka berbincang banyak hal sambil melepas kerinduan mereka. Ketika hari beranjak sore, Kardi berpamitan. ”Tunggu sebentar ya.” kata sang kyai. Kyai dan nyai kemudian masuk ke ruang dalam. ”Nyai, kita punya apa buat oleh-oleh si Kardi?” tanya kyai. ”Tinggal ketela yang di dapur itu, kyai. Pemberian Karyo kemaren.” jawab nyai. ”Ya sudah, bawakan buat si Kardi ya.” kata kyai. Akhirnya Kardi pulang dengan hati dongkol karena hanya memperoleh sekarung ketela. Ia tidak mendapatkan oleh-oleh seperti yang dia bayangkan sebelumnya.

Inilah gambaran sederhana dari makna ikhlash. Bahwa keikhlasan itu akan membawa kita kepada sesuatu yang lebih baik. Ketika ada sedikit saja motif yang melenceng dari hati kita, maka kita akan dapati sesuatu yang tidak sesuai dengan maksud sesungguhnya.

@lt 19 jakarta, 7/9/2011 13.25

Kamis, 11 Agustus 2011

Dektektif Kesiangan

Dektektif Kesiangan

Senin pagi itu (25 Juli 2011) kereta api bisnis senja utama solo yang aku tumpangi sampai di Jatinegara relatif pagi, kira-kira pukul 04.30. Ke kost di wilayah pancoran, awalnya aku berencana naik taksi dengan kawan, tapi setelah menunggu cukup lama ternyata dia tidak segera nampak batang hidungnya, segera aku putuskan naik ojek. “Berapa Bang?” tanyaku. “Dua puluh lima.” Katanya. “Tidak dua puluh?” basa-basiku, karena aku sebenarnya paling malas dengan yang namanya tawar menawar. “Jauh bos..” jawabnya. Aku anggukkan saja kepalaku segera mendengar jawabannya itu.

Aku sengaja turun di depan komplek, tidak masuk ke dalam karena pemeriksaan oleh satpam jika suasana pagi-pagi begini sangat detil dan ribet. Sampai di depan rumah tampak suasana di dalam rumah masih gelap. Itu artinya 2 orang sahabatku, Mas Amin dan Mas Joko, yang tinggal bareng di rumah ini belum datang juga dari kampung. Maka setelah aku masuk ke rumah segera aku menuju ke lantai atas, tempat kamarku berada. Rumah ini ada 2 lantai, lantai bawah ada satu kamar utama dan lantai atas ada 4 kamar terdiri dari 3 kamar di ruang utama dan satu kamar di ruang samping. Tampak sekilas dari bawah pintu, salah satu kamar di lantai atas lampu dalam kondisi menyala.

Ketiga kamar diruang utama dalam kondisi tertutup. Memang sabtu-ahad kemaren waktu kami pulang, ada pengerjaan pembetulan beberapa saluran air yang bocor di lantai atas sehingga rembes dan merusak plafon lantai bawah. “Greeegh..!” Ooops.. kenapa jadi terkunci pintu kamarku? Aku coba kamar yang sebelahnya, juga terkunci. Kamar yang tampak menyala lampunya tadi, juga terkunci. Aku mencoba ketok dan ucapkan salam, tetap tak ada jawaban. Itu artinya sekali lagi, kedua temanku belum ada yang datang pagi ini. Wah.. bagaimana aku bisa mandi dan ganti baju pagi ini, padahal sepekan ini ada diklat?

Hmm.. aku mencoba berpikir dan mencari solusi pemecahannya. Sahabatku yang ikut tinggal di kamar lantai atas, Mas Joko, aku sendiri baru bertemu dengannya sekali. Belum begitu mengenal tabiatnya. Aku coba buka laci demi laci dan lemari di lantai atas, siapa tahu kunci ada disimpan di salah satu laci, hasilnya tetap nihil. Bergerak aku ke lantai bawah, kamar utama ternyata tidak terkunci. Begitu masuk beberapa laci aku buka, taraaa.... ! Kunci-kunci kamar atas tadi tetap menjadi misteri. Raib! Aku coba telepon Mas Joko tapi tidak pernah diangkat. Yang aku tahu, selepas sholat subuh di masjid, biasanya dia tepar lagi. O-o...

Berikutnya aku coba hubungi Mas Amin, rupanya ia masih perjalanan kereta dari Surabaya. Sampai rumah diperkirakan jam 9-an. Duh..! Pantang semangat, laci demi laci dan lemari di lantai bawah aku coba telusuri satu demi satu. Dan kunci-kunci itu tetap tidak mau menampakkan dirinya. Haduh.. akhirnya dengan setengah pasrah aku terduduk di sofa ruang tamu lantai bawah. Sebagai langkah antisipasi, aku hubungi teman satu bagian di kantor untuk meminjam baju setidaknya untuk hari ini. Sambil menyalakan televisi di depanku, aku mencoba merangkai memori dari jumat kemaren hingga pagi ini. Siapa tahu ada lompatan informasi baru yang membantuku.

Tiba-tiba pandanganku tertegun. Hai-hai... sepertinya aku merasa ada yang tidak biasa. Jam dinding yang aku letakkan di meja bawah televisi itu sepertinya dalam posisi yang tidak biasanya. Sedikit agak menggantung, dan terkesan seperti disengaja. Ini petunjuk bagiku. Petunjuk pertamaku. Maka aku segera bergerak menggeser jam tadi dan... “Triiinggg” satu buah anak kunci terjatuh di hadapanku. Alhamdulillah, satu rahasia sudah aku pecahkan. Maka aku kemudian teringat dengan petunjuk berikutnya yang justru aku dapati di awal tadi, lampu kamar yang menyala. Petunjuk keduaku. Bergegas aku ke lantai atas menuju kamar tadi.

“Ctrekk...!” Persis seperti yang kuduga. Kunci ini memang untuk pintu kamar yang lampunya sengaja dinyalakan tadi. Rahasia kedua sudah aku ungkap. Sekarang tinggal masalah dimana kunci kedua pintu kamar yang lain disimpan di kamar ini. Aku coba identifikasi kamar ini, pasti ada sesuatu yang tidak biasa. Yup, di atas meja kamar ini, ada satu buah popmie yang seharusnya tidak ada di situ pekan kemaren. Cara menaruhnya pun tidak biasa. Ini dia petunjuk ketigaku. Maka begitu aku dekati, di bawah popmie itulah aku dapati 2 anak kunci yang sedari tadi pagi aku cari. Ugghh... lega sudah perasaanku pagi ini, bisa masuk kamar dan tidak perlu meminjam baju untuk hari ini.

Aku hanya terpikir, ini pasti pekerjaan Mas Joko karena yang terakhir keluar dari rumah ini adalah dia. Tapi kenapa harus main petak umpet begini menyimpannya. Ah.. sudahlah, yang penting aku bisa memecahkan permainannya. Dan lebih penting lagi, aku bisa segera mandi dan berangkat ke kantor secepatnya. Pelajaran yang aku dapat pagi ini, biasakan mengamati dan merekam benda-benda di sekitar tempat dan rumah tinggal kita. Suatu saat itu akan berguna. Perpindahan, perubahan, pergeseran posisi, itu mengabarkan kepada kita bahwa seseorang atau sesuatu telah merubahnya. Bisa jadi kebetulan. Bisa jadi disengaja karena ada sesuatu yang ingin disampaikan melalui perubahan itu.



Finished @lantai 19. 11/8/2011. 15.16
Lagi pengin nulis yang ringan-ringan saja...

Rabu, 10 Agustus 2011

Keutamaan Menuntut Ilmu



Al ilmu Nuurun” Ilmu itu Cahaya. Maka Allah selalu akan menampakkan orang yang berilmu itu seperti cahaya di tengah kegelapan. Kita bisa membayangkan saat kita berjalan di tengah kegelapan malam yang gulita, jika tanpa ada cahaya penerang, maka tentu kita akan mudah tersesat, mungkin kita akan terperosok ke dalam lubang, bisa jadi akan terpeleset jatuh, atau paling tidak kaki kita akan terantuk sesuatu.

Jika Nabi saja mengibaratkan kehidupan kita di dunia ini (hanyalah) seperti musafir, yaitu orang yang melakukan perjalanan (dengan tujuan akhir akhirat), kita akan menemukan keniscayaan bahwa perjalanan itu akan melalui waktu siang dan malam. Perjalanan akan selalu melalui saat terang dan gelapnya suasana. Maka kembali seperti pada perumpamaan di atas tadi, saat kita bertemu kondisi gelap, sudah barang tentu kita sangat memerlukan cahaya utk memandu langkah dan perjalanan kita agar sampai tujuan dengan selamat

Ada sebuah kisah tentang pentingnya ilmu, dalam hadits diceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat marah dengan seseorang yang berfatwa tanpa ilmu. Dari Jabir dia berkata; Kami pernah keluar dalam sebuah perjalanan, lalu salah seorang di antara kami terkena batu pada kepalanya yang membuatnya terluka serius. Kemudian dia bermimpi junub, maka dia bertanya kepada para sahabatnya; Apakah ada keringanan untukku agar cukup bertayammum saja? Mereka menjawab; Kami tidak mendapatkan keringanan untukmu sementara kamu mampu untuk menggunakan air.

Maka orang itupun lalu (terpaksa) mandi dan langsung meninggal. Ketika kami sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau diberitahukan tentang kejadian tersebut, maka beliaupun bersabda: “Mereka telah membunuhnya, “semoga” Allah membunuh mereka! Tidakkah mereka bertanya apabila mereka tidak mengetahui, karena obat dari kebodohan adalah bertanya! Sebenarnya cukuplah baginya untuk bertayammum dan memeras – atau membalut lukanya – Musa ragu-ragu – kemudian mengusapnya saja dan membasuh bagian tubuhnya yang lain.” (HR. Abu Dawud).

Karena begitu pentingnya kebutuhan kita akan ilmu, maka kemudian islam menetapkan bahwa menuntut ilmu itu wajib hukumnya. Salah satu dasar kewajiban menuntut ilmu adalah sebuah hadits nabi yang berbunyi : “Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin”. Artinya : menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim.

Keutamaan ilmu ada beberapa di antaranya:

1. Allah memudahkan langkah-langkah menuju surga bagi para penuntut ilmu

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dan barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya”. (HR. Muslim).

2. Orang yang berilmu lebih ditakuti syetan

Dalam sebuah hadits lain Rasulullah juga mengabarkan bahwa tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti syaitan dari pada bangunnya orang yang tidak berilmu (bodoh).

3. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu

“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadilah : 11)

Masih banyak keutamaan lain, insyaAllah bisa disambung di lain waktu.

Selasa, 09 Agustus 2011

New Serial Cinta Anis Matta

New Serial Cinta Anis Matta

Seperti angin membadai.. kau tak melihatnya, tapi merasakannya. Begitulah cinta, ia ditakdirkan menjadi kata tanpa benda. Seperti banjir menderas, kau tak kuasa mencegahnya dan hanya bisa ternganga saat ia menjamah seluruh permukaan bumi. Demikianlah cinta.

Cinta ditakdirkan menjadi makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar. Tak terlihat, hanya terasa. Tapi dahsyat.

Cinta seperti api yang menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Hanya bisa menari saat ia mengunggun. Seperti itulah cinta..

Cinta adalah kata tanpa benda. Mutiara bagi ribuan makna. Wakil dari sebuah kekuatan tak terkira. Tapi ia jelas, sejelas matahari.

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan definisi. Ia disentuh sebagai sebuah situasi manusiawi..

Cinta merajut semua emosi manusia.. begitu agung tapi juga terlalu rumit.. begitulah cinta. Cinta adalah makna kebenaran dalam penciptaan.. Cinta tidak tumbuh dalam hati yang dipenuhi keangkuhan, angkara murka dan dendam...

Iman itu laut, cintalah ombaknya.. Iman itu api, cintalah panasnya.. Iman itu angin, cintalah badainya..

Cinta itu memanusiakan manusia dan mendorong kita memperlakukan manusia dengan etika kemanusiaan..

Cinta adalah kegilaan jiwa. Saat ia merasuki jiwa, energimu jadi berlipat, mendidih bak kawah yang siap meledak dan membakar sekelilingnya.

Cinta adalah kekuatan perubahan yang dahsyat. Selalu berusaha memahami dan menghidupkan. Membuat manusia lebih peka dan saling menghargai. Tidak seperti kekerasan, cinta justru butuh kesabaran dan usaha dari dalam. Lebih dari sekedar kekuatan fisik.

Kekuatan cinta mampu membelah badan bulan. Mampu memecahkan tengkorak tanpa pukulan, bahkan menghancurkn tentara Fir'aun tanpa pertempuran.

Saat kamu berperang di bawah bendera kebenaran, cinta mengendalikan motif dan caramu berperang. Meski tetap ada kekerasn dan darah, cinta membuat perang menjadi agung, etis dan manusiawi. Maka mereka yang tak terlibat dalam perang tak boleh dijadikan korban

Saat cinta lenyap dari kehidupan, maka tak ada lagi kedermawan kolektif yang membuat kita mau berbagi. Yang tersisa hanyalah keserakahan. Keserakahan di sisi lain akan menimbulkan kemiskinan. Kemiskinan akan mengubah orang menjadi pendendam dan mencari kambing hitam..

Hanya cinta yang mampu merekatkan dan mengubah dendam dan keserakahan.. Karena hakikat cinta adalah memberi dan berbagi... Cinta jugalah yang mampu mengubah dunia menjadi sepenggal firdaus...

Arafah, inilah potret negeri cinta. Seluruh jiwa menyatu dalam lukisan yang rumit: disatukan oleh kekuatan cinta yang lahir karena kekuatan iman. Arafah adalah potret negeri cinta. Saat pasukan cinta datang membebaskan jiwa-jiwa manusia dari belenggu yang membatasi hidupnya dari sekat tanah dan etnis

Arafah adalah potret negeri cinta. Saat celupan cinta jiwa-jiwa muncul dalam kesamaan-kesamaan yang baru. Keramahan yang tulus, kerendahan hati yang natural. Arafah adalah potret negeri cinta.. Negeri yang menunjukkan bahwa batasan negeri kita adalah ruang hati kita. Seluas apa ruang hati kita dapat menampung orang lain dengan cinta, seluas itulah negeri yang kita huni. Arafah adalah potret negeri cinta yang menunjukkan selama apa cinta dapat bertahan dalam hati kita, selama itulah umur negeri kita

Cinta selalu mampu menjalin setiap jiwa dalam kelembutan yang menyamankan. Cinta juga selalu mampu menampung semua bentuk perbedaan.

Cinta juga melahirkan pertanggungjawaban pada setiap mereka yang selalu bertanya mampukah mempertanggungjawabkan sikapnya di depan Sang Khalik. Cinta juga melahirkan kelembutan. Seperti sapu lidi yang direkatkan oleh cinta untuk membersihkan kehidupan. Tapi ikatan cinta mengatur irama para pencintanya dalam keserasian yang indah. Itulah sebabnya mereka kuat. Juga Nyaman dan abadi.

Taman Hati ialah taman hidup. Meski sempit ruangnya, tapi cinta mampu membuatnya menjadi lapang. Cinta membuatnya nyaman dihuni. Kenyamanan itulah rahasia jiwa yang diciptakan cinta. Ia bisa membuat kita bertahan memikul beban, melampaui gelombang peristiwa dan tetap merasa damai.

Cinta menciptakan kenyamanan yang menyerap semua emosi negatif; masuk dalam serat jiwa melalui himpitan peristiwa kehidupan. Cinta juga mampu mengobati segala luka. Semua luka emosi yang kita alami sepanjang hidup hanya mngkin dirawat di sana, dalam rumah cinta.

Dalam rumah cinta kita menemukan sistem perlindungan emosi yang ampuh. Karena hakikat cinta itu sesungguhnya hanya satu : memberi. Cinta dan memberi itu seperti pohon, mulanya ia menyerap matahari dan air. Kemudian mengeluarkan semua kebajikan yang ada dalam dirinya.

Cinta mengajarkan kita memperoleh hak-hak kita dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kita pada orang lain. Karena itulah cinta saling menggenapi dan mempertemukan dua kutub jiwa.

Di alam jiwa, sayap cinta sesungguhnya tak pernah patah. Kasihnya pasti akan selalu sampai. Karena bila ada cinta di hati yang satu, pasti ada cinta di hati yang lain. Seperti satu tangan yang takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain

Ketika kasih tak sampai, atau uluran cinta tertolak, sesungguhnya yang terjadi hanyalah kesempatan memberi yang lewat. Karena selama kita memiliki cinta.. kita akan selalu memiliki sesuatu yang kita berikan pada yang lain. Sesungguhnya kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada orang lain yang tidak mencintai kita.

Jalan para nabi kita adalah jalan cinta. Kita adalah anak-anak cinta. Dan cinta adalah ibu kita. Jalan cinta selalu melahirkan perubahan besar dengan cara yang sangat sederhana. Karena ia menjangkau pangkal hati secara langsung.

Cinta adalah kutub jiwa yang berlawanan dengan tirani; ia lahir dari respek dan penghargaan kepada manusia. Saat kekuasaan mendapatkan sentuhan cinta,wajahnya berubah: gurat-gurat kekejaman segera berganti menjadi garis-garis kerentaan dari penguasa yang melayani.

Hanya dalam genggaman cinta kekuasaan berubah jadi alat untuk melindungi, melayani dan menyejahterakan rakyatnya. Dengan energi cinta sang penguasa bukan lagi kuda liar yang setiap saat bisa melompat dari kandang dengan energi kekuasaan..

Sang penguasa dalam genggaman cinta adalah mata air kebajikan yang pada satu saat bertemu dengan hujan deras kekuasaan, maka jadilah ia banjir; kebajikan melimpah ruah dalam muara masyarakat manusia. Demikianlah energi cinta memberi dan melayani.

Sebaik-baik pemimpin adalah yang kalian cintai dan ia mencintai kalian. Seburuk-buruknya pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan ia membencimu.

Cinta adalah kata yang mewakili seperangkat kepribadian yang utuh: gagasan, emosi dan tindakan. Tapi kebanyakan orang seringkali hanya mengambil bagian tengah dari cinta: emosi. Dalam kehidupan mereka, cinta adalah gumpalan perasaan yang romantis dan indah. Mereka bahkan menderita untuk menikmati romantika cinta. Itulah karenanya kehidupan mereka tidak berkembang..

Cinta adalah sebuah totalitas. Di sana gagasan, emosi dan tindakan menjdi kesatuan yang utuh dan bekerja bersama demi kebahagiaan orang-orang yang kita cintai. Orang-orang dengan kepribadian yang lemah dan lembek tidak dapat mencintai dengan kuat. Para pencinta sejati selalu datang dari orang-orang dengan kepribadian yang kuat.

Cinta itu indah. Bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Inti pekerjaannya adalah memberi, pada orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik. Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: memberi. Terus menerus memberi... begitulah cinta. Menerima? Itu mungkin dan bisa jadi pasti! Tapi itu hanya efek. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama.

Pencinta sejati menjadikan dirinya seperti air dan matahari. Ia membuat orang lain tumbuh dan berkembang dengan siraman air dan sinar cahayanya.

Para pecinta sejati tak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi.

Para pecinta sejati tak suka berjanji. Karena janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan. Berbeda dengan janji, rencana memberi yang terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Ketergantungan yang menghidupkan..

Cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Mereka menciptakan kehidupan bagi orang-orang untuk hidup. Meski kehidupan yang mereka bangun sering tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya.

Hadirnya cinta sejati akan sangat terasa begitu ia pergi. Saat itu ada kehilangan menyayat hati. Ada ruang besar kehidupan yang tak berpenghuni

Saat seseorang kehilangan cinta sejati, maka di langit hatinya akan ada mendung pekat yang bisa menurunkan hujan air mata yang amat deras.

Intinya cinta adalah memberi, pemberian pertama seorang pencinta sejati adalah perhatian. Perhatian yang lahir dari lubuk hati paling dalam.

Perhatian adalah pemberian jiwa: sebuah kondisi dimana kamu keluar dari dirimu menuju pada orang lain yang kamu cintai..

Kekuatan para pencinta sejati adalah bahwa mereka pemerhati yang serius. Mereka memperhatikan orang yang mereka cintai secara intens dan menyeluruh.

Perhatian: itulah rahasia agung dari cinta. Saat ia hilang, jiwa orang yang dicintai tersiksa, mungkin ia tak mengatakan, tapi ia merasakan.

Pekerjaan kedua bagi para pecinta sejati setelah memperhatikan, adalah menumbuhkan. Menumbuhkan sang kekasih untuk menjadi lebih baik dan berkembang. Inilah cintanya cinta.

Pertumbuhanlah yang membedakan cinta yang matang dengan cinta seorang melankolik. Penumbuhan memberikan sentuhan edukasi pada hubungn cinta.

Sukses pecinta sejati adalah seperti sukses cinta seorang guru pada muridnya. Saat nafas cintanya meniup kuncup pun mekar menjadi bunga. []


Sumber : Kulwit @Anis Matta

Copas dari http://muchlisin.blogspot.com/search/label/Anis%20Matta

Rabu, 03 Agustus 2011

Kunjungan Pertama ke Dokter Spesialis Orthopedi

Kunjungan Pertama ke Dokter Spesialis Orthopedi

Kawan, sejak sadar bahwa kebengkokan tulang belakang adalah sumber dari timbulnya rasa nyeri dan berbagai keluhan lainnya di sebagian organ tubuh ini (tahun 2004), aku memang belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke ruang dokter spesialis orthopedi. Dulu sebenarnya oleh dokter Suko Basuki (seorang sahabat yang sedang mengambil spesialis bedang tulang) aku sudah disarankan untuk ke spesialis orthopedi (namanya Dokter Tedjo), namun karena waktu itu masih takut kalo harus dioperasi maka aku dan istri sepakat memutuskan cukup periksa dan konseling ke dokter spesialis syaraf saja.

Awalnya konsultanku adalah dokter Fuad (spesialis syaraf) yang sekaligus menggawangi instalasi rehabilitasi medik. Melalui beberapa jenis terapi berangsur nyeri dan beberapa keluhan di kaki kiri mulai hilang. Seperti biasa, untuk jenis kelainan tulang belakang sepertiku, yang disarankan pertama kali adalah RENANG. Kemudian ada beberapa exercise yang harus rutin aku lakukan setiap hari, selain tentunya agar aku harus lebih berhati-hati dalam menjaga sikap tubuh agar beban tulang punggung tidak berlebih diantaranya adalah anjuran memakai korset.

Lama tidak kambuh, mulai 2008 mulai terasa kembali sedikit demi sedikit rasa nyeri itu (kalo rasa pegal jangan ditanya ya kawan, asal tulang belakang capek rasa pegal itu akan dengan setia datang menemani). Puncaknya di awal tahun 2010. Akhirnya setelah kembali berkunjung ke bagian syaraf RS Sardjito, aku dikenalkan dengan dokter spesialis syaraf yang lain, Bu Indarwati (belakangan aku tahu ternyata beliau kakak kandung dari teman sekantor di Jakarta). Akhirnya saya diminta untuk Rontgen, MRI dan ENMG, hasilnya seperti yang sudah aku tuliskan beberapa waktu lalu. Dan alhamdulillah, semuanya berangsur membaik.

Belakangan aku sadar, kalo sekedar menghilangkan (baca : mengurangi) rasa sakit, mungkin selama ini sudah aku lakukan dan ada hasilnya (meski kemudian sering kambuh lagi). Tapi esensi permasalahannya mungkin justru belum aku sentuh sama sekali. Yaitu kondisi tulang punggungku yang mengalami kebengkokan itu. Secara selama ini anjuran dokter spesialis syaraf tentang renang, senam, terapi, (sekedar) untuk menjaga agar tidak kambuh lagi rasa sakit itu. Maka atas kesadaran ini kemudian aku mencoba berdiskusi dengan istri dan akhirnya kami memutuskan, inilah saatnya aku harus bertemu dokter spesialis orthopedi.

Akhirnya 16 Juli 2011 adalah pertemuan pertamaku dengan Dokter Tedjo di Poli Perjanjian RS Panti Rapih, setelah hunting jadwal piket beliau di hari sebelumnya. Ternyata kawan, ada banyak hal yang sungguh berbeda, antara dokter spesialis orthopedi dan dokter spesialis syaraf. Tapi dua hal tadi bisa aku kompromikan dan pertemukan titik persinggungannya. Berbicara masalah penyebab kebengkokan tulang, aku menemukan hal baru bahwa kebengkokan tulang belakang itu bisa terjadi karena faktor genetis. Ia bisa terjadi karena akumulasi waktu dan kebiasaan dalam waktu yang panjang. (Silakan baca artikel kompas di bawah ini).

Bahkan ketika membaca hasil rontgen tahun 2010 kemarin, jelas disitu saya baca bahwa kebengkokan tulang belakang saya adalah 15°. Dokter Tedjo mencoret-coret kembali gambar rontgen tersebut dan hasilnya adalah bahwa kebengkokan tulang punggung saya bagian atas adalah 28° dan bagian bawah 32°. Karena itulah yang tampak menonjol adalah bagian bawah. “Ini masuk kategori sedang. Kalo bengkoknya di atas 35°, baru itu masuk kategori berat.” Kata beliau. Woooww... itu artinya, lewat 3° lagi aku masuk dalam kategori berat. Duh,...

Maka kesimpulan sumirku kawan, jika dokter spesialis syaraf domainnya adalah bagaimana caranya agar rasa sakit dan nyeri serta keluhan-keluhan itu hilang (baca : berkurang), maka dokter spesialis orthopedi domainnya adalah bagaimana caranya agar tulang yang bengkok itu bisa berkurang kebengkokannya atau paling tidak kebengkokannya tidak bertambah dari waktu ke waktu. Keduanya memang harus bersinergi. Kita tidak bisa lepas dari dua spesialis tadi, jika kita ingin kualitas hidup kita bisa terus kita tingkatkan atau setidaknya kualitas hidup kita tidak menurun secara radikal. Maka kini aku mulai mencicipi menu-menu yang disajikan sang dokter spesialis orthopedi.

Dalam 6 bulan ke depan (hingga Januari 2012), aku harus berenang sepekan 2x, dan melakukan backup dengan berbagai variasinya, sebanyak-banyaknya. Ini adalah 6 bulan masa untuk evaluasi. Januari nanti aku harus melakukan rontgen lagi, untuk menilai apakah kebengkokan tulang punggungku bertambah atau berkurang setelah melakukan berbagai hal tadi. “Ini tulangnya juga tidak bagus (tidak padat). Intinya olah raga. Dengan olah raga, segala sesuatu bisa diselesaikan.” Katanya. Renang? Aku baru mulai belajar kawan. Dibantu seorang instruktur di Kolam Renang Umbang Tirta Kridosono tiap sabtu dan ahad pagi. Back up? Alhamdulillah sudah jalan sejak dokter menyarankan, meski kadang ada yang harus dirapel (sehari 2 kali) akibat lupa.

Bismillah, untuk hidup yang lebih baik, kenapa tidak? Segala upaya harus kita usahakan. Jika tubuh sehat dan bugar, bukankah dalam beraktifitas ibadah juga akan terasa nikmat? Maka benarlah kata Nabi, “Mukmin yang kuat lebih Allah cintai dari pada mukmin yang lemah.” Dengan catatan, kualitas iman mereka sebanding. Maka, dua orang sama-sama kuat imannya, satu diantara mereka yang lebih kuat fisiknya yang lebih Allah cintai. Tetap semrangaaaat, kawan..!

Rabu, 3/8/2011 finished @Gedung Utama lt 19, 09:22 WIB

Faktor Utama Adalah Aktivitas dan Olahraga, Bukan Kalsium
Lukas Adi Prasetya | Minggu, 4 Oktober 2009 | 19:27 WIB


YOGYAKARTA, KOMPAS.com-Kalsium hanya memberi pengaruh 10 persen sebagai penentu kekuatan tulang belakang. Faktor utama adalah kebiasaan manusia beraktivitas, apakah menyamankan tulang atau tidak, juga olahraga. Sayangnya, manusia jarang menyamankan tulang dan jarang berolahraga.

Hal itu disampaikan Tedjo Rukmoyo, dokter spesialis orthopedi (bedah tulang belakang), di sela-sela Seminar Penangangan Terkini Nyeri Tulang Belakang, di Gedung University Club, Universitas Gadjah Mada.

"Jangan percaya pada iklan yang memaparkan bahwa dengan cukup minum susu, maka tulang dan tulang belakang kita akan kuat. Kekuatan tulang ditentukan akitivitas manusia sejak kecil yang dampaknya baru kelihatan ketika tua," kata Tedjo.

Aktivitas dan kebiasaan yang salah sehingga tidak menyamankan tulang, terutama tulang belakang, gampang diamati dari posisi tidur. Posisi tulang belakang yang tidak lurus dan tidak sejajar dengan tulang leher, jelas bukan posisi ideal.

"Hal itu karena busa atau kasur tidak rata, memakai bantal terlalu tebal atau terlalu tipis. Dengan kata lain, nggak apa-apa kok kita punya kebiasaan tidur telentang, tengkurap, atau miring. Tapi jangan sampai tulang belakang tersiksa," ucapnya.

Selain contoh tersebut, banyak aktivitas lain yang salah. Misalnya kebiasaan membungkuk saat naik kendaraan dan membungkuk saat duduk. Terlalu membungkuk dan memaksa diri kala mengangkat benda berat di lantai, juga aktivitas yang salah.

"Ketika mengangkat benda berat dari lantai, ya jangan langsung angkat. Tapi luruskan dulu posisi tubuh sampai tegak, baru angkat. Jika kelewat berat, ya jangan dipaksa. Tulang belakang, ligamen (pengikat tulang), atau otot, bisa putus," kata dia.

Tedjo menambahkan, muara penyelesaian masalah tulang, ialah mengubah kebiasaan aktivitas sehingga tulang belakang tak tersiksa, ditambah berolahraga secara rutin. Jika itu dilakukan sejak dini, maka manusia menabung investasi kesehatan masa depan.

http://nasional.kompas.com/read/2009/10/04/1927575/faktor.utama.adalah.aktivitas.dan.olahraga.bukan.kalsium

Selasa, 02 Agustus 2011

Belajar Taqwa di Bulan Ramadan

Belajar Taqwa di Bulan Ramadan

Allah berfirman : “Yaa ayyuhalladziina aamanu kutiba ‘alaikumush-shiyaamu kamaa kutiba ‘alalladziina min qablikum la’alakum tattaquun.” Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al Baqarah : 183)

Nabi bersabda : “Ittaqillaha haitsu maa kunta wa’atbi’is-sayyiatal hasanata tamkhuha wa kholiqinnasi bi khuluqin hasan.” Artinya : Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya (perbuatan baik) akan menghapusnya (perbuatan buruk). Dan berperilakulah terhadap sesama manusia dengan akhlak yang baik. (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)

Tujuan dari puasa ramadan sebagaimana tersebut dalam QS Al Baqarah : 183 di atas adalah la’alakum tattaquun yaitu agar kalian bertakwa. Untuk memahami makna dari kata taqwa, ada riwayat dialog antara umar bin khatab dengan sahabat Ubay. Umar bin khatab bertanya. “Wahai Ubay, apa menurutmu taqwa itu?” Ubay menjawab dengan memberikan pertanyaan pada Umar. “Apa yang Anda akan lakukan bila dalam perjalanan Anda banyak menemukan duri yang menghalangi perjalanan.” Umar dengan bijaksana menjawab pertanyaan Ubay. “Saya akan berjalan dengan berhati-hati supaya tidak terkena duri.” Ubay menanggapi jawaban dari umar. “Itulah yang dinamakan taqwa, berhati-hati”.

Dari penggalan kisah tadi bisa kita ambil bahwa taqwa itu berhati-hati dalam melangkah supaya hidup kita selamat dan terhindar dari duri yang bisa mencelakakan kita. Karena Allah sendiri sudah berfirman bahwa sebaik-baik bekal dalam mengarungi kehidupan ini adalah takwa. Lalu, mari kita perhatikan hadits di atas, “Ittaqillaha haitsu maa kunta wa’atbi’is-sayyiatal hasanata tamkhuha wa kholiqinnasi bi khuluqin hasan.”

Ini adalah wasiat Nabi ketika beliau mengantar seorang sahabat ketika hendak berangkat ke suatu tempat. Nabi tidak membekali berupa materi secara khusus, tapi beliau memwasiatkan beberapa pesan dalam kalimat tersebut, hal-hal yang selayaknya kita lakukan dimana pun kita berada. (apalagi dalam konteks pegawai seperti depkeu yang sering mutasi dari tempat satu ke tempat lain). Agar dalam perjalanan kita dimanapun kita berada mendapatkan kebaikan, maka hal-hal yang harus kita lakukan sesuai wasiat nabi di atas adalah :

1. Ittaqillaha haitsu maa kunta. Bertakwalah dimana pun engkau berada. Maka seperti uraian di atas tadi bahwa takwa itu bermakna kehati-hatian, dengan takwa itulah Allah akan menjaga kita, menunjuki langkah-langkah kita dan menyelamatkan kita dari segala macam rintangan dan godaan.

2. wa’atbi’is-sayyiatal hasanata tamkhuha. Iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya (perbuatan baik) akan menghapusnya (perbuatan buruk). Manusia adalah makhluk tempat berbuat salah. Maka sebagai bentuk ikhtiar kita agar kefitrahan (kesucian) kita senantiasa terjata, maka setiap kita sadar berbuat kesalahan, maka iringilah dengan perbuatan baik agar kesalahan tadi terhapus.

3. wa kholiqinnasi bi khuluqin hasan. Dan berperilakulah terhadap sesama manusia dengan akhlak yang baik. Dalam interaksi dengan berbagai teman dan kolega, tentu akan menimbulkan gesekan. Kita akan bertemu dengan berbagai tipe manusia. Maka hal yang perlu kita lakukan adalah, bergaul dengan mereka dengan akhlak yang baik.

Itulah 3 wasiat yang nabi titipkan kepada kita, agar kita selamat dalam pergaulan sesama manusia, dimanapun kita berada. Teruslah bertakwa (berhati-hati) dimanapun kita berada, ikuti perbuatan buruk dengan perbuatan baik, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. Insya Allah kita akan diselamatkan dunia dan akhirat. Aamiin.

Jumat, 29/07/2011 @Gedung Utama Lt 19

Jumat, 29 Juli 2011

Prasangka baik thd ketentuan Allah

Prasangka baik thd ketentuan Allah

Sebelum kita bicara jauh tentang makna prasangka baik kepada ketentuan Allah, maka mari kita simak dulu kisah rekaan berikut. Alkisah, ada seorang raja di sebuah negeri antah berantah yang memerintah sebuah kerajaan yang besar. Sang Raja mempunyai kebiasaan berburu ke hutan, bahkan hingga sampai jauh ke dalam hutan. Dalam setiap berburu, Raja selalu ditemani oleh seorang penasehat yang bijak. Seringkali mereka berdua saja ketika melakukan perburuan ke hutan tanpa pengawalan. Selebihnya selalu dikawal oleh pasukan kerajaan.

Suatu saat ketika melakukan perburuan ke hutan, Jari kelingking Sang Raja digigit oleh serangga yang beracun, mengalami pembengkakan dan membusuk sehingga diputuskan harus segera diamputasi. Penasehat Raja dengan hati-hati menyampaikan perihal tersebut. Mendengar hal tersebut Sang Raja sangat marah, sungguh ia tidak mau jari kelingkingnya diamputasi. “Ini aib!” kata Sang Raja. Penasehat raja berusaha menasehati Sang Raja dengan baik, “Paduka Raja, jari kelingking paduka harus segera diamputasi. Kalo tidak ia akan menjalar dan membahayakan jiwa paduka. Barang kali nanti akan ada hikmah dan pelajaran besar dari peristiwa ini, paduka. Mohon maaf paduka raja.”

Mendengar argumentasi tersebut Sang Raja justru makin marah, maka dipecatlah sang penasehat tersebut. Meskipun akhirnya Sang Raja tetap harus merelakan jari kelingkingnya diamputasi, tapi terhadap penjelasan penasehatnya ia tetap tidak bisa menerima sedikitpun. Maka Sang Raja kemudian mengangkat penasehat baru. Waktu terus berlalu, Sang Raja tetap menekuni hobi berburunya, ditemani penasehat barunya. Tetap seperti biasanya, terkadang dia hanya berdua saja dengan penasehatnya, terkadang dengan pengawalan pasukan kerajaan.

Suatu saat ketika sedang berburu dan hanya ditemani penasehatnya saja, saking asiknya mengejar hewan buruan, Sang Raja terpisah dari penasehatnya dan tersesat hingga masuk ke dalam hutan. Sang Raja tidak menyadari bahwa ia telah masuk ke wilayah sebuah suku yang primitif. Suku yang belum pernah tersentuh oleh kerajaan selama ini. Tanpa ia sadari, puluhan mata terus mengawasi dan mengikuti mereka. Hingga pada akhirnya Sang Raja jatuh dan terperangkap dalam sebuah jebakan yang telah disiapkan oleh suku tersebut. Maka tertawanlah Sang Raja.

Sudah menjadi kebiasaan di suku itu, bila ada orang asing yang tertawan maka diadakanlah sidang rakyat. Ketua suku meminta pendapat para warganya terkait tindakan hendak diapakan tawanan itu. Maka diputuskanlah bahwa tawanan itu akan dijadikan korban untuk sesembahan kepada para arwah leluhur mereka. Maka segera dipersiapkanlah proses upacara persembahan itu. Semua warga laki-laki dan perempuan, dewasa maupun anak-anak semua telah berkumpul di seputar tempat persembahan.

Maka Sang Raja segera dia dihadapkan di depan tempat persembahan. Ada ritual khusus sebelum acara persembahan, yaitu sang kepala suku akan melakukan pemeriksaan secara detil terhadap tubuh calon korban. Karena calon korban harus benar-benar sempurna fisiknya. Tidak boleh ada cacat. Demikain pula dengan Sang Raja, maka kepala suku mulai memeriksa satu persatu anggota tubuh Sang Raja. Sang Raja terlihat sudah pasrah dan putus asa. “Tamatlah riwayatku.” Pikirnya. Tiba-tiba dahi sang kepala suku mengernyit, “Wahai rakyatku, aku temukan ternyata orang ini jari kelingkingnya telah putus. Ia cacat, maka ia tidak layak untuk dijadikan korban. Lepaskan saja orang ini.”

Kaget sekaligus gembira, sang raja tidak mampu berkata apa-apa. Singkat cerita, Sang Raja kemudian dilepaskan kembali setelah diantarkan cukup jauh dari area suku agar dia tidak bisa mencari kembali keberadaan suku itu. Sang Raja tak henti-hentinya bersyukur dengan selamatnya dia. Dalam perjalanan itu, tiba-tiba Sang Raja teringat kembali dengan pesan dari penasehat lamanya, “Barang kali nanti akan ada hikmah dan pelajaran besar dari peristiwa ini, paduka.” Sesampai di kerajaan, rakyat bergembira dengan telah kembalinya raja mereka yang hilang hingga sebulan itu. Maka diadakanlah pesta rakyat. Dalam pesta rakyat itu, Sang Raja memutuskan untuk memanggil kembali penasehat lamanya.

Ini mungkin hanya cerita rekaan, tapi semangat dan pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas adalah :

1. Pentingnya kita untuk selalu berprasangka baik dengan ketentuan-ketentuan Allah. Firman Allah dalam sebuah ayat dalam Al Qur’an : “Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, sedangkan engkau tidak mengetahui apa-apa.” (QS Al Baqarah : 216). Kita hanya perlu bersabar sejenak, terus berdoa dan bertawakal, maka Allah akan berikan perlajaran besar terhadap ketentuan yg telah terjadi itu.

Boleh jadi kita beranggapan bahwa sesuatu itu tidak baik untuk kita, padahal kalo kita coba renungkan sejenak, boleh jadi itu justru yang terbaik menurut Allah. Dan sebaliknya sesuatu yang sangat kita inginkan dan kita anggap terbaik bagi kita, ternyata itu justru buruk di mata Allah. Maka kita harus selalu meminta petunjuk kepada Allah Yang Maha Tahu.

2. Bersama kesulitan selalu ada kemudahan-kemudahan. Firman Allah : “Fa inna ma’al ‘usri yusro. Inna ma’al ‘usri yusro.” Artinya maka sungguh bersamaan dengan kesulitan itu akan ada kemudahan-kemudahan. Sungguh bersamaan dengan kesulitan itu ada kemudahan-kemudahan. Dalam ayat ini Allah menyebutkan kata ma’a yang artinya bersama. Al ‘usri artinya kesulitan Allah sebut dalam makna tunggal sedang yusron yang artinya kemudahan-kemudahan Allah sebutkan dalam makna jamak.

Itu berarti dalam sebuah kesulitan, Allah persiapkan banyak kemudahan-kemudahan yang bisa kita gali dan temukan.

3. Dengan selalu berprasangka baik kepada Allah, maka hati menjadi tenang dan senantiasa ridho dengan ketentuan Allah.


Finished @ Lantai 19 Gedung Utama. 29/07/2011. 14.36 WIB

Kamis, 26 Mei 2011

Selamat Jalan : Ustzh Yoyoh Yusroh

Saat dalam perjalanan kereta menuju jogja, Sabtu 21/5/2011 pagi kira-kira pukul 4.30 ada sahabat yang memberitahu via BBM bahwa salah satu ustadzah kami, Yoyoh Yusroh, telah Allah panggil pagi itu setelah terjadi kecelakaan di tol palimanan cirebon. Segera setelah itu seharian hari itu di BBM maupun di milis IKADI, berbagai perkembangan dan info terkait musibah itu terus-menerus update. Saya memang tidak pernah berinteraksi langsung dengan ustadzah satu ini, tapi saya hanya ingat dulu waktu ospek kampus STAN 2007, saya sempat memoderatori suami beliau (Ust. Budi Darmawan) dalam acara itu. Atau sekedar tahu dan mengenal anak-anak beliau yang kuliah di UGM. Atau sekedar menyaksikan dan mendengar suara lantang beliau yg berorasi saat ada aksi untuk Palestina beberapa waktu lalu di silang Monas.

Berita-berita dan informasi-informasi tentang beliau cukup bagi saya untuk menyimpulkan bahwa beliau adalah salah satu dari wanita-wanita hebat yang lahir dari rahim republik ini. Kesedihan saya teramat sangat saat membaca berita-berita seputar beliau yang terus menerus bermunculan. Terakhir, ijinkan saya untuk mengkopi-pastekan sambutan Ust. Hilmi A di hadapan para pentakziyah di masjid komplek rumah dinas DPR Kalibata. Semoga banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup beliau, ustadzah Yoyoh Yusroh. "Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fuanha."

-----------------------
Sambutan Ust. Hilmi A
-----------------------

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un tsumma Innalillahi wa inna ilaihi raji’un tsumma Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

Alhamdulillah wash sholatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi wasohbihi wa ma walah.

Wa qolallahu azza wa jalla fi kitabihil aziz, a’udzubillahi minasy syaitanir rajim, wa likulli ummatin ajal, faidza ja-a ajaluhum la yasta’khiruna saah – wa la yastaqdimun.

wa qola: kullu nafsin dza-iqatul maut, wainnama tuwaffauna ujurakum yaumal qiyamah, fa man zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata fa qad faza. Wa mal hayatud dunya illa mata’ul ghurur.

wa qola: minal mukminina rijalun shodaqu ma ‘ahadullaha alaihi, fa minhum man qadla nahbahu wa minhum man yantazhir, wa ma baddalu tabdilaa.

Shodaqollahu azhim

Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,
Saya diminta untuk mewakili keluarga besar almarhumah ustadzah Yoyoh Yusroh dan keluarga besar ayahanda beliau, ayahanda almarhumah, KH Abdushshomad (alm) dan Hj. Siti Aminah ibunda Yoyoh, begitu juga tiga belas anak-anaknya.

Pertama-tama untuk menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada hadirin-hadirat yang telah meluangkan waktu untuk bertakziyah dan mendoakan almarhumah. Mudah-mudahan doanya insya Allah diterima oleh Allah swt.

Jika sebagai manusia ada kekhilafan, ada kesalahan, ada kelalaian mohon dimaafkan. Begitu juga jika ada hutang-piutang yang tidak diketahui keluarga mohon disampaikan kepada pihak keluarga untuk diselesaikan dan atau kemudian jika tidak sempat menghubungi keluarga mudah-mudahan bisa meridhokan, bisa meridhokan sehingga tidak menjadi beban bagi almarhumah.

Hadrin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,

Selain mewakili keluarga besar almarhumah saya di sini juga mewakili keluarga besar jamaah Partai Keadilan Sejahtera yang pada hari ini merasa kehilangan kader terbaiknya, kader yang merintis dari awal pertumbuhan jamaah dakwah ini, gerakan dakwah ini. Dari awal tahun 80 beliau sudah bergabung dengan aktifitas dakwah ini, bergabung dengan penuh semangat wala’ wal intima', semangat loyalitas dan komitmen. Bergabung dalam gerakan dakwah ini dengan semangat tho’at wat tadlhiyyah. Seluruh hidupnya diwakafkan, diserahkan pada dakwah ini. Seluruh perjalanan hidupnya telah bergabung dengan dakwah ini secara totalitas, diberikan untuk dakwah ini. Dalam hal ini kita merasa kehilangan.

Sesungguhnya yang merasa kehilangan bukan hanya jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera, bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi saya sendiri dari sejak pagi menerima takziyah dari segenap penjuru dunia, dari negara-negara ASEAN, dari negara-negara Timur Tengah menyampaikan takziyah ini. Karena sekali lagi yang kehilangan bukan hanya jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera, bukan hanya bumi pertiwi Indonesia, tapi ikut kehilangan juga Masjidil Aqsha dengan Baitul Maqdis-nya, seluruh mujahidin-mujahidah di Palestin sudah menyampaikan takziyahnya dan merasa kehilangan.

Bukan hanya bumi Indonesia yang kehilangan amarhumah bahkan bumi di mana terletak Masjidil Aqsha-pun merasa kehilangan, bumi para mujahidin-mujahidah yang sampai hari ini sedang dikepung oleh tentara zionisme Israel turut juga merasa kehilangan. Karena beliau selain mewakili jamaah dakwah Partai Keadilan Sejahtera, sebagai anggota DPR juga mewakili bangsa Indonesia hadir di tengah-tengah pejuang mujahidin di Gaza, sehingga mereka pun ikut merasa kehilangan.

Bahkan, baru saja kita juga menerima takziyah dari kesatuan-kesatuan milliter dan kepolisian Indonesia yang sedang bertugas melaksanakan menjaga perdamaian di Sudan di Darfur pun menyampaikan takziyahnya. Semuanya ini adalah merupakan respon atas kehilangan seorang daiyah seorang mujahid/mujahidah dakwah yang telah memperlihatkan dedikasinya untuk apa yang dia yakini, apa yang dia cita-citakan dan apa yang dia perjungkan.

Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah swt,

Sekilas bagaimana dakwah ini bertemu dengan beliau, pada akhir tahun – sekitar pertengahan tahun 80 beliau sebagai mahasiswi di IAIN Ciputat, waktu itu masih mahasiswi baru dan kebetulan saya sekali-kali diundang ceramah oleh mahasiswa di sana - mahasiswi di sana, ternyata beliau bukan hanya pendengar ceramah yang baik tapi langsung menginginkan adanya komitmen dengan nilai-nilai yang diceramahkan. Dan sejak saat itulah beliau tidak pernah lepas dengan dakwah ini, dengan segala pengorbanannya. Bahkan ketika rezim Orde Baru memenjarakan saya selama dua tahun beliau terus melakukan langkah-langkah dakwah dan ketika saya keluar dari penjara beliau segera menemui saya lagi dan bergabung lagi, tanpa malu dengan eks tahanan politik. Terus bergabung.

Bahkan ada titik-titik sejarah yang mungkin pada generasi sekarang sulit mengaplikasikannnya. Ketika masuk saatnya beliau harus menikah beliau datang kepada saya dan mengatakan, “Ustadz saya diminta orang tua untuk segera menikah.” Saya katakan, “Insya Allah saya doakan semoga diberikan kemudahan.” “Tapi calonnya minta dicarikan ustadz, saya ingin sesama aktifis dakwah.” “Ada pilihan?” “Tidak ada pilihan. Pilihan jamaah dan pilihan Allah itulah yang akan menjadi pilihan saya.”

Dan segeralah saya mencari-cari siapa yang sudah jadi, sudah tentu pada saat itu masih mahasiswa dan mahasiswi yang iklimnya sulit untuk siap nikah waktu itu. Dalam kesulitan mencari itu akhirnya kita menggunakan logika qum ya Hudzaifah! Lalu yang menyambut panggilan qum ya Hudzaifah, itulah suami beliau yang setia mendampingi beliau sampai sekarang yaitu akhunal fadhil Budi Darmawan. Yang ketika saya minta segera mengasih tahu orang tua beliau di Bandung, bahkan belum tahu nama lengkapnya. Ketika ditanya oleh orang tuanya, “Budi siapa nama calon istrimu?” “Yoyoh.” “Yoyoh apa?” “Belum tahu.” Tapi orang tua Budi Darmawan ini seorang sholih dan sholihah dan menemui saya dan merestui rencana pernikahan bahkan mempersiapkan segala perangkat rumah tangganya dan kemudian sayalah yang melamar beliau kepada KH. Abdushshomad almarhum, yang kemudian juga beberapa hari kemudian menyelenggarakan pernikahannya. Seluruhnya bahkan proses ini sepertinya almarhumah dan akh Budi Darmawan kayaknya belum pernah ketemu sebelum proses ini. Inilah sikap generasi pertama dari yang memegang komitmen dengan dakwah ini. Yang kisah-kisah seperti itu sangat banyak tapi yang sangat menonjol adalah kisah almarhumah ini.

Begitu juga dengan perjuangan-perjuangan, baik sebelum era reformasi dengan segala ketekunannya ekspansi dakwah hampir ke seluruh penjuru Indonesia dan sesudah era reformasi dan kita bersama komponen bangsa yang lain membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ini menuju yang lebih baik, almarhumah dengan sangat tekun menjadi legislator dua periode di DPR, Ti Ti...tiga? Tiga periode di DPR, yang periode ketiganya ini belum selesai. Jadi beliau tiga periode ini secara terus menerus berjuang dan membuktikan dedikasi dalam kiprahnya. Bahkan ketika ditugaskan di komisi I, luar biasa perkembangan kiprahnya merambah seluruh dunia yang memerlukan kontribusi Indonesia baik dalam pembebasan Palestina, perdamaian Sudan atau di Lebanon atau di Istanbul hampir tugas-tugas internasional semua beliau laksanakan. Ini sudah barang tentu menjadi suri tauladan bagi kita semua dan beliau tidak pernah dalam melaksankan tugas ini mengeluh biaya dan menanyakan dari mana biayanya? Siapa yang mengurusnya? Tidak! Seluruhnya dimenej dikelola dengan kemampuan semangat ruhul badzlu wat tadlhiyah. Keteladanan inilah yang harus kita ikuti dan kita lanjutkan.

Sudah barang tentu beliau tadi jam 03.30 dipanggil oleh Allah swt untuk insya Allah menikmati pahala dari kerja keras, dari pengorbanan, dari perjuangan, dari jerih payah. Mudah-mudahan insya Allah kita diberi kesempatan oleh Allah swt untuk bergabung dengan beliau kalak di jannatil Firdausi a'la.

Tadi saya bacakan ayat yang menyebutkan minal mukminina rijalun shodaqu ma ‘ahadullaha alaihi, fa minhum man qadla nahbahu wa minhum man yantazhir, dan almarhumah termasuk yang man qadla nahbahu, telah menunaikan tugasnya dan menghadap kepada Allah swt, dan kita termasuk waminhum man yantazhir. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan oleh Allah swt utk tetap meneruskan semangat seperti yang dicontohkan oleh almarhumah yaitu semangat wala baddalu tabdilla, tidak pernah mau mengubah keyakinan keimanan dan aqidahnya, tidak pernah mau merubah idealisme sikapnya dan tidak mau merubah minhaj langkah-langkah perjuangannya dan tdk mau merubah ghoyah tujuan perjuangannnya, wa ma baddalu tabdiila, itulah yang diwariskan oleh almarhumah kepada kita. Mudah-mudahan Allah swt pertama-tama menempatkan almarhumah fi maq'adi shidqin ‘inda malikin muqtadir dan mudah-mudahan juga memberikan kepada kita semangat wa ma baddalu tabdiila, istiqomah terus lurus dalam memperjuangkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Hadirin dan hadirat yang dimuliakan oleh Allah swt,

Kisah perjuangan beliau kalau ditulis mungkin berjilid-jilid buku. Silahkan dari saya sebagai pembuka bagi hadirin-hadirat yang mungkin kreatif memunculkan sejarah-sejarah perjuangan dari kader-kader dakwah yang telah qodho nakhbahu yang telah menunaikan tugasnya dengan sungguh benar. Mudah-mudahan insya Allah bisa diwariskan kepada generasi penerusnya terutama putra-putrinya yang insya Allah dalam kesibukannya berjuang tapi insya Allah putra-putrinya tiga belas adalah minash shilihin was sholihat. Dan ini juga membuktikan bahwa kesibukan perjuangan tidak membuat lalai mengurus rumah tangga, begitu juga kesibukan rumah tangga tidak membuat lalai untuk melaksanakan tugas-tugas perjuangan. Ini contoh mempertemukan antara tugas-tugas kerumahtanggaan dan tugas-tugas perjuangan disatupadukan dalam jiwa hidup perjuangan dan pengorbanan yang penuh telah diberikan oleh almarhumah ustadzah Yoyoh Yusroh. Insya Allah, aqulu qouli hadza, astaghfirullaha li wa lakum.
Assalamu ‘alaikum wr wb.

[Translate dari rekaman audio oleh Abu Rasyidah / www.mimbarpenyuluh.com]

Catatan:
Sambutan ini disampaikan dihadapan ratusan pelayat setelah pelaksanaan sholat jenazah atas almarhumah Yoyoh Yusroh di Masjid Komplek Rumah Dinas DPR RI – Kalibata, Sabtu 21 Mei 2011 / 17 J. Tsani 1432, sesaat sebelum diberangkatkan ke Tangerang untuk dimakamkan.
Teks kesaksian ini merupakan hasil translate dari rekaman suara, dan ada beberapa kata yang barangkali tidak sama persis karena suaranya tidak terekam jelas (sepertinya tidak lebih dari 5 kata), tetapi tidak sampai menggangu dari segi isi.
Nada suara ustadz Hilmi Aminudin berat dan beberapa kali sangat nampak kesedihan dan keharuan beliau bahkan hampir pecah tangis.
Dari kalangan jamaah juga sesekali terdengar isak tangis kesedihan dan beberapa kali terdengar takbir mendengar kisah perjuangan almarhum ustadzah Yoyoh Yusroh.

Jumat, 06 Mei 2011

HNP -Hernited Nucleus Pulposus- -Syaraf Terjepit-



Mencoba berbagi lagi. Kawan, setahun yang lalu, persisnya 14/5/2010 setelah sakit di punggung bawah yang sedemikian rupa makin terasa mengganggu aktifitasku, aku setelah sebelumnya periksa ke dokter spesialis syaraf ku (dr. Indarwati), direkomendasikan untuk melakukan test MRI dan ENMG. Alhasil, dari tes tersebut disimpulkanlah bahwa aku menderita HNP, herniated nucleus pulposus, meski dalam tahap ringan.



Untuk pengetahuan kita bersama, di bawah ini saya copas-kan artikel tentang HNP itu. Paling tidak dengan kita mengetahui seputar HNP ini, meski hanya sekilas, bisa membantu mengidentifikasi lebih awal jika terjadi sesuatu di ruas tulang punggung kita, anak-anak kita, atau siapapun yang beresiko terkena kelainan ini. Sehingga langkah2 penyembuhan bisa lebih optimal. Atau bahkan membuat kita menjadi lebih berhati-hati terhadap berbagai aktifitas yang bisa mencederai tulang punggung kita.

Nyeri pinggang merupakan salah satu keluhan yang sering dijumpai di masyarakat. Penelitian menyebutkan bahwa setiap manusia pernah mengalami nyeri pada pinggang suatu kali dalam masa hidupnya. Hal ini pastilah sangat mengganggu, bukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat produktifitas di kehidupan sehari-hari. Banyak sekali penyebab nyeri pinggang pada manusia. Bisa karena infeksi pada otot atau tulang belakang, trauma atau benturan yang hebat pada pinggang, kelainan pada tulang belakang, dll. Salah satu yang sukup sering adalah yang dinamakan Herniated Nucleus Pulposus (HNP).

Sebelum kita mengulas tentang HNP, mari kita pelajari terlebih dahulu sedikit tentang struktur tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 33-34 ruas tulang. 7 di daerah leher, 12 daerah dada, 5 daerah pinggang, 5 daerah sakrum, dan 4-5 tulang ekor. Diantara setiap tulang belakang dari leher hingga pinggang terdapat suatu cakram yang berfungsi untuk membantu tulang belakang menopang beban tubuh, dinamakan intervertebral disk. Pada bagian tengah cakram ini terdapat suatu inti yang dinamakan nucleus pulposus. Cakram ini juga berfungsi sebagai peredam, sama seperti shock breaker pada mobil atau motor.

Penyebab HNP ini berbagai macam. Faktor risikonya antara lain adalah merokok, batuk yang terlalu lama, cara duduk yang salah, menyetir yang terlalu sering, cara mengangkat barang yang salah, dll. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan cakram untuk menjalankan fungsinya juga menurun. Faktor-faktor diatas dapat menyebabkan terjadinya herniasi, yaitu keluarnya suatu organ melalui suatu celah dalam tubuh. HNP dapat dianalogikan seperti terjadinya “turun bero”, tetapi terjadi pada daerah tulang belakang. Dapat dilihat pada gambar disamping bahwa terjadi penonjolan kebelakang pada cakram yang bawah.

Penonjolan ini kemudian menekan saraf yang berjalan dibelakang. Penekanan inilah yang menimbulkan keluhan. Keluhannya dapat berbagai macam dari nyeri pinggang, kesemutan di tungkai, hingga sakit yang luar biasa pada tungkai hingga berjalanpun sakit sekali. Penanganan dari penyakit ini dapat secara non-operatif, yang terdiri dari obat-obatan dan fisioterapi, atau dengan tindakan operatif.

Dewasa ini, para ahli di bidang bedah sedang berlomba-lomba untuk menciptakan suatu tehnik operasi yang menghasilkan suatu sayatan yang minimal, atau bahkan tanpa sayatan. Tehnik ini dinamakan minimally invasive surgery. Tehnik ini memungkinkan masa perawatan yang jauh lebih cepat daripada operasi terbuka. Dan bagi pasien yang mengutamakan segi estetik, tehnik ini dapat dibuat dengan sayatan dan bekas luka yang sangat kecil. Perkembangan tehnik ini di dunia penyakit HNP menghasilkan berbagai macam tehnik, antara lain nucleotome, laser central decompression, dan directed fragmentectomy.

Setiap tehnik pastinya mempunyai kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Seperti contohnya tehnik central decompression yang salah satunya dapat menggunakan suatu zat kimia bernama cymopapain yang dapat menyebabkan reaksi alergi dan spasme (ketegangan) dari otot. Pada prinsipnya, tehnik minimally invasive ini menggunakan suatu alat yang dinamakan artroskopi. Alat ini merupakan suatu alat yang menggunakan suatu tabung berdiameter kecil yang panjang sehingga memungkinkan untuk dimasukkan kedalam tubuh dengan sayatan yang kecil. Tabung ini dilengkapi dengan alat yang dibutuhkan untuk operasi serta kamera yang memungkinan dokter bedah melihat organ didalam tubuh melalui layar. Keuntungan tehnik ini selain dari kecilnya sayatan yang ditimbulkan, gambar yang terlihat dari layar dapat diperbesar puluhan kali sehingga kelainan yang kecilpun dapat terlihat.

Bagi anda yang sangat terganggu dengan nyeri pinggang yang disebabkan oleh HNP, anda dapat memikirkan untuk menjalani operasi ini. Tetapi tentunya anda harus menemui dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi terlebih dahulu untuk mendiskusikan tentang teknik yang akan dipilih serta mengetahui keuntungan dan risiko dari operasi ini.

Untuk anda yang takut akan di operasi ada banyak cara pengobatan alternatif yang bisa anda pilih.

Kamis, 17 Maret 2011

Melepas Anak Sekolah

“Mas, sebetulnya umi belum mantab masukin Ghifar ke SD ini.” Deg! Ucapan ini diucapkan istriku pada minggu kedua Ghifar masuk sekolah ini.

Terus terang, sekolah ini memang menjadi prioritas kesekian ketika kami mulai searching SD untuk anak kami Ghifar. Prioritas utama adalah Ghifar sekolah di SD yang sama dengan kedua kakaknya. Tapi lokasi sekolah untuk siswa baru harus di gedung yang baru dan lokasinya menjauh dari arah kantor istri, membuat kami terpaksa urung dari rencana ini. Setelah menimbang beberapa sekolah dan kepraktisan antar jemput Ghifar, akhirnya kami memilih SD ini.

Dulu ketika istri memutuskan untuk memilih SD ini, aku sendiri kurang begitu mantab. Ada beberapa harapan yang mungkin tidak akan ditemukan di sekolah ini. Tapi mengingat beberapa pertimbangan, utamanya agar tidak merepotkan istri dalam antar jemput (maklum sampai saat ini kami masih harus terpisah jarak Jogja-Jakarta), maka aku memantabkan hati ini pada pilihan itu. Aku munculkan sisi-sisi positif dari sekolah ini. Setidaknya yang aku tahu, sekolah ini juga menjadi pilihan para orang tua karena prestasi akademiknya termasuk yang terbaik di kota ini.

Di awal sempat aku dengar kekurangmantapan istriku, tapi setelah kemudian dia terlihat cukup mantab maka aku pun menjadi tenang. Maka ketika istriku tiba-tiba mengucapkan kembali kekurangmantapan itu justru setelah dua minggu masa sekolah mulai berjalan, aku sedikit kaget. Bukan apa-apa, karena pilihan sekolah ini awalnya juga berasal dari istriku. Aku tidak berani mengajukan beberapa pilihan sekolah yang menurutku lebih pas, karena lokasinya yang memang tidak strategis untuk ukuran single fighter seperti istriku saat ini.

Ucapan itu tidak muncul tiba-tiba. Minggu pertama sekolah tidak ada persoalan yang cukup berarti, karena tiga hari pertama sekolah hanya sampai pukul 09.00 sehingga selalu ditungguin istri sampai pulang. Tiga hari berikutnya masih relatif wajar-wajar saja, pagi diantar istriku pulangnya dijemput oleh saudara kami. Alhamdulillah, hari sabtu minggu pertama itu aku sendiri yang menjemput Ghifar ke sekolah, dilanjutkan menjemput kedua kakaknya di sekolah yang lain.

Masalah kecil mulai sedikit muncul ketika kemudian Ghifar mulai berinteraksi dengan teman-temannya yang sebagian besar berasal dari kalangan yang cukup berada, yang tentu mempunyai gaya hidup yang sedikit berbeda. Ada beberapa budaya, cara didik, cara interaksi dan pembiasaan-pembiasaan yang barangkali tidak kami temukan di sekolah kedua kakaknya. Sebagai contoh tentang uang saku anak, tentang penjual yang bisa masuk ke sekolah, tentang kegiatan-kegiatan dan interaksi antara para wali dan orang tua, dan beberapa hal lainnya.

Sedikit banyak, mau tidak mau ini membawa pengaruh bagi perkembangan anak kami Ghifar, yang sebelumnya kami sekolahkan di sebuah TKIT di dekat rumah, di sebuah kampung, yang pola pendidikan dan para pengasuhnya cukup bersahaja. Ada sedikit “kekagetan” budaya yang dialami anak kami, walau sebetulnya aku yakin ini merupakan sebuah proses pembelajaran untuk anak kami juga. Belum lagi gaya hidup dan interaksi antar orang tua dan wali yang kadang membuat kami kurang nyambung. Semua itu pada akhirnya menimbulkan sedikit galau di hati istriku sehingga muncullah kalimat seperti di awal tadi.

Kegalauan istriku (yang juga kemudian menjadi kegalauanku) sebagai orang tua, tentu sesuatu yang wajar. Dalam benak kami, masa depan anak-anak kami nanti tentu lebih berat dari pada masa-masa yang kami hadapi sekarang ini. Sehingga wajar jika kami kemudian berharap anak-anak kami mendapatkan bekal yang cukup dan memadai untuk melewati masa-masanya nanti. Tentu bukan sekedar bekal akademik, tapi juga bekal mental spiritual berupa keyakinan dan keimanan yang memadai. Termasuk budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang membangun.

Alhamdulillah, semua tadi ternyata merupakan bentuk “kekagetan-kekagetan” kami sebagai orang tua, sebagaimana ‘kekagetan-kekagetan’ itu sebetulnya telah dirasakan dan dilewati anak kami sebelumnya. Maka aku menganggapnya itu sebagai proses pembelajaran dan pendewasaan anak kami untuk menghadapi masanya nanti, dan sekaligus merupakan bentuk pembelajaran dan pendewasaan kami sebagai orang tua untuk terus mengawal, mengarahkan, dan mendidik anak-anak kami. Bahwa kapan pun, pasti mereka akan bertemu dengan keadaan seperti itu. Dan yang diperlukan adalah ilmu bagaimana menghadapi kondisi dan keadaan seperti itu.

Melepas anak ke sebuah sekolah, adalah sebuah pilihan. Maka kita harus siap dengan segala konsekuensinya. Tentu kita telah mengkalkulasi untung dan ruginya. Tentu kita telah mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan sekolah tersebut. Yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah mengoptimalkan keunggulan-keunggulan sekolah tersebut bagi perkembangan anak kita dan di saat yang bersamaan kita tutupi kelemahan-kelemahan sekolah tersebut dengan program-program keluarga yang bisa diterima dan dijalankan anak kita. InsyaAllah dengan demikian, dimanapun kita menyekolahkan anak kita, maka mereka akan mendapatkan bekal yang cukup dan memadai untuk masa depannya nanti.

"Yesterday is History, Tomorrow a Mystery, Today is a Gift, Thats why it's called the Present"

Finished @Gedung Utama lt. 19. March 17, 2011. 10.55 WIB.