Pulang kantor kemarin,
bungsuku Ghifar tampak berbaring malas-malasan di depan televisi sambil
berselimut tebal. Sejenak aku temani sambil memeluknya. "Tadi pagi di
sekolah perutnya masih sakit, dex?" Tanyaku. "Malah muntah bi,
aku." Waduh. "Sekarang abi ambilin nasi ya? Mau abi buatin lauk telur
dadar ala warung padang?" Dia cuma mengangguk sambil matanya terus
menikmati tayangan di televisi.
Bergegas aku buka
kulkas. Aku ambil 2 butir telur, satu batang loncang dan beberapa helai daun
selederi. Setelah dicuci bersih, kucacah kecil-kecil loncang dan helai daun
selederi itu. Aku potong bawang bombai kurang lebih seperempat bagian dan aku
cacah kecil-kecil juga. Fyuuuh... tiba-tiba mataku terasa pedas dan perih.
Bawang bombai ini telah sukses membuat mataku menangis bombai. Heee...
Dua butir telur yang
telah aku pecah di mangkok plastik, aku campur dan aduk rata dengan cacahan
loncang, selederi dan bawang bombai itu. Aku tambahkan garam secukupnya.
Sekilas sambil beraktifitas di dapur aku lihat kamar belakang tampak tertutup
rapat. Ibuku yang menemaniku di Yogya sepekan terakhir tampaknya sedang
istirahat, pikirku. Dari kepulanganku tadi beliau belum nampak keluar kamar.