Jumat, 03 April 2009

Ulang Tahun Cinta

Ulang Tahun Cinta

Ahad ini nanti, 11 tahun sudah kami merajut asa bersama. Banyak pernak-pernik telah kami lalui. Dia bukan wanita sempurna, apa lagi saya. Tapi kami mempunyai mimpi-mimpi yang tinggi. Bukan. Bukan kami tidak realistis. Tapi itulah obsesi kami. Meski kami juga yakin, kaki-kaki kami harus tetap menapak di bumi ini. Agar kami tidak tertipu.

Yang kami lakukan hanya hal-hal yang sederhana. Cinta bagi kami bukan sesuatu yang rumit. Ia sesuatu yang sederhana. Ya, cinta bagi kami sesuatu yang sederhana. Kami rasakan bersama. Kami hayati bersama. Kami nikmati bersama. Kami rawat bersama.

"Abi akhir-akhir ini berbeda deh sikapnya kepadaku" Tiba-tiba dia mengatakan itu kepada saya. Ah, 11 tahun berlalu ternyata belum cukup meyakinkan dia bahwa dia begitu berarti di hatiku? Saya hanya tersenyum. "Kenapa? Coba sikap mana sih yang lain itu, Yang?" tanya saya kepadanya. Dia pun kemudian menyampaikan ini dan itu. Dan selesai. Cukup dengan saling pengertian, dengan sedikit penjelasan, maka episode cinta kami itu kembali merekah.

Cinta kami memang sederhana. Kami tidak ingin ia rumit.

Hampir-hampir saya kehilangan banyak waktu untuk menatap wajahnya. Setidaknya 2 tahun ini. Hanya kesempatan tiap akhir pekan saya itu bisa saya lakukan. Dulu, ketika kami baru saja menikah, saya sering tatap wajahnya. Dan dia pun sering salah tingkah jika saya sudah berlaku demikian. Itulah awal cinta kami.

Menggandeng tangannya. Meremas jemarinya. Mengantarnya berbelanja ke pasar. Memijit kedua kakinya. Ini menu-menu sederhana kami. Tapi kami menikmatinya. Meluangkan waktu berdua, ya berdua saja meski itu hanya sekedar mengobrol. Sekedar mengantarnya memeriksakan gigi. Sekedar mengikutinya sambil menenteng belanjaan dari penjual yang satu ke penjual yang lain saat kami belanja di pasar. Itu semua adalah pupuk cinta kami.

Cinta kami memang sederhana. Kami tidak ingin ia rumit dan mahal.

Saya mengingat pernikahan kami dalam dua kalender. Hijriyah dan masehi. Milad pernikahan dalam tahun hijriyah telah jatuh di bulan dzulhijah tahun 1429 kemaren. Tepatnya dua hari menjelang hari raya. Saya ingat, waktu itu saya telah mempersiapkan sebuah kado yang murah tapi menurut saya istimewa. Saya mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah saya tulis, saya cetak, saya memberinya judul ”Anugerah Terindahku (Sebuah Kompilasi Perjalanan)”. Ternyata sampai 92 halaman.

Berkeliling di kota jakarta ini, hendak mencari tempat menjilid yang spesial, ternyata sulit bagi saya. Hingga akhirnya, saya berikan cetakan itu kepadanya. Apa adanya. Tidak ada bungkus yang merona merah. Tidak ada seremonial khusus untuknya. ”Ingat 8 Dzulhijah 11 tahun yang lalu? Ini hanya tulisan-tulisan yang kucoba untuk kukumpulkan. Untukmu” begitu ucap saya kepadanya. Tidak lebih. Semua begitu murah. Dan saya merasakan cintanya begitu bergelora.

Cinta kami memang sederhana. Kami ingin ia selalu mudah dan tidak rumit.

4 komentar:

  1. semoga langgeng penuh kasih sayang dan selalu mendapat barokah dari Alloh swt

    BalasHapus
  2. amiiiinnn.... muatur nuhun mas sugeng.

    BalasHapus
  3. iya pak,, saya juga menginginkan cinta yang sederhana dan tidak rumit,,
    saat menunggu istri selesai memasak saya ikut membantu dengan mencuci,,
    berusaha melewati waktu dengan hal2 yang sederhana namun istimewa,,, ya itu pilihan yang baik,,

    BalasHapus
  4. Bersiap-siaplah dengan 'kejutan-kejutan' berikutnya, bro ! Sukses ya....

    BalasHapus