Siang itu, saya lagi malas untuk keluar dari ruangan kerja.
Seusai sholat dhuhur di masjid lantai bawah pun, lepas dzikir saya langsung
ngacir kembali ke ruangan. Maka untuk memenuhi hajat hidup para makhluk yang
menghuni perut ini, saya memanfaat layanan delivery
order kantin pojok kantor kami. “Pak Dar, nyuwun tulung saya dibuatkan nasi
goreng telor dadar plus segelas teh nasgitel nggih.” SMS saya. Dan seperti biasanya,
SMS jawaban di layar HP cuma muncul satu huruf: “Y”. Cekak aos. Lugas.
Tunggu punya tunggu, saat gelombang demonstransi para
penghuni perut makin ricuh, ternyata pesanan tak juga kunjung datang. Kantin
Pak Dar memang tidak mengenal system komputerisasi atau system indent yang terjaga,
sehingga boleh jadi pesanan saya tadi di overlap oleh pesanan berikutnya. Sehingga
lepaslah dari radar pantauan divisi dapur ketika mereka akan mengeksekusi
pesanan pelanggan. Mau menanyakan langsung kok rasanya seperti kurang sopan,
alhasil hingga jam pulang, pesanan dengan sukses tidak pernah datang.