Rabu, 08 Oktober 2014

Bagai Pesawat Auto Pilot


Alkisah, di sebuah daerah yang rakyatnya gemah ripah loh jinawi, teradapatlah satu maskapai penerbangan dengan nama Al Khoiru Airlines, melayani rute penerbangan dengan jelajah tak berbatas. Negeri yang menjadi tujuannya pun jauh di mata, tidak selesai hanya dengan durasi penerbangan satu generasi. Negeri Akherat.

Maskapai Al Khoiru Airlines mempunyai berbagai pesawat yang siap membawa penumpangnya menjelajah waktu. Salahnya satunya pesawat dengan spesifikasi semacam boeing 737, yang mampu membawa banyak penumpang di perutnya. Pesawat dengan kode penerbangan KU-RW11 ini ketika awal beroperasi, menetapkan adanya pergantian pilot tiap 2 etape perjalanan.

Selama 7 etape yang ditempuh, maskapai dengan kode penerbangan KU-RW11 ini telah memwisuda 3 pasang pilot dan copilotnya. Pada masing-masing periode penugasan pilot-copilot tersebut, selalu terjadi pasang surut kendali pesawat. Selalu ada faktor turbulensi yang krusial yang mempengaruhi kestabilan penerbangan. Dan faktanya, di tiap etape selalu dijumpai factor-faktor itu.

Pada periode awal pewawat yang dikomandani oleh Kapten Mars Ada. Karena kondisi masih darurat, maka seingat saya, Kapten Mars Ada sebagai pilot tidak ditemani seorang copilot. Yang saya ingat adalah ketika sidang umum majelis penumpang, majelis mengamanahkan jabatan pilot ini untuk 2 etape perjalanan ke depan. Maka pesawat pun segera take off dengan suksesnya.

Euforia pesawat baru sedikit banyak menumbuhkan semangat yang membara dalam dada Kapten Mars Ada. Meski tanpa bantuan copilot pun, apa pun yang terjadi, meski harus melewati badai dan petir yang menggelegar setiap saat, pesawat harus tetap terbang. Turbulensi memang berat, maka di etape kedua, Kapten Mars Ada memutuskan menggantung topi pilotnya.

Maka pada sidang umum majelis penumpang berikutnya, ditunjuklah Kapten Hari Sapto Wiharso sebagai pilot etape selanjutnya. Kali ini, sang kapten dibantu seorang copilot, M Dirman yang lebih senior jam terbangnya. Dengan adanya copilot tersebut harapannya pilot dan copilot bisa saling bekerja sama ketika menghadapi berbagai turbulensi pesawat ke depannya.

Rupanya badai dan petir yang terjadi di luar pada etape ini semakin kencang dan mengganas. Di sisi lain Kapten Hari tidak mampu bersinergi dengan co pilot M Dirman, penumpang semakin riuh karena kabin mulai panas. Beberapa penumpang bahkan berani merangsek ke ruang kokpit, sehingga membuat konsentrasi Kapten Hari sebagai pilot semakin menipis.

Pada etape ke-4 sebetulnya Kapten Hari telah mempersiapkan untuk landing, namun penumpang terlalu bising sehingga tidak memberinya kesempatan untuk melakukan manuver. Maka pada etape ke-5 tanpa pemberitahuan kepada kru pesawat lainnya, Kapten Hari melakukan manuver landing dengan suksesnya. Legalah dada Kapten Hari, pundaknya terasa ringan hari itu.

Mau tidak mau majelis penumpang akhirnya harus menunjuk pilot dan copilot baru. Pensiunan pilot etape 1-2, Kapten (purn) Mars Ada yang kini duduk sebagai Dewan Pembinasa, dengan kuasanya menunjuk Kapten Sukar Mengerti sebagai pilot dengan ditemani copilot Awan Senantiasa. Harapan majelis penumpang agar laju pesawat bisa semakin membaik kembali membuncah.

Pada sidang umum majelis penumpang itu pun, terlontar sebuah harapan agar penerbangan kali ini bisa melewati 5 etape ke depan. Sebuah periode penerbangan yang cukup panjang yang tentunya membutuhkan energi dan sumber daya yang lebih. Maka dengan penuh harap, pesawat dengan kode penerbangan KU-RW11 ini kembali mengudara.

Pada etape ini, sebetulnya pilot dan copilot dalam banyak hal telah mampu melakukan kerja sama dan saling mengisi tugas. Selain itu kru penerbangan banyak diberdayakan. Penerbangan di awal-awal menyajikan pemandangan yang mengasikkan. Cuaca relative terkendali dengan sedikit angin dan sesekali petir menyengat, sesuatu yang biasa bagi sebuah penerbangan.

Para kru penerbangan seperti KRMT Erwan Bagus Triatmojo selaku juru ketik mampu mengoptimalkan perannya, meski sering harus keliling sendiri kepada para penumpang untuk mengkomunikasikan pesan-pesan dari pilot-copilot. Tumenggung Samadikun Tiada Tara yang berduet dengan Kyai Selamat Bahagia mampu menghimpun pundi-pundi keuangan penerbangan.

Belum lagi bantuan dari kru semacam Ustadz Kasidah Pojok Lapangan yang cukup lihai melakukan proses negosiasi kepada penumpang agar selalu guyub dalam mendukung penerbangan, dan peran-peran kru dan penumpang lainnya yang tentu tidak bisa ditestimonikan satu persatu dalam tulisan ini, semua membuat penerbangan menjadi semakin hidup.

Lambat laun, kesibukan para kru yang kebanyakan diisi oleh darah-darah muda mulai membuat penerbangan rada tersendat. Beberapa penumpang merasa terantuk-antuk dengan kecepatan pesawat yang tampak tidak stabil. Ransum yang seharusnya bisa dinikmati tepat waktu mulai sering terlambat, satu dua penumpang mulai protes meski tidak langsung kepada pilot-copilot.

Pilot mulai sering harus ke toilet atau sekedar membaringkan badan untuk ngeluk boyok. Harapannya copilot sigap mengambil alih kemudi. Alih-alih mengambil peran tersebut, copilot rupanya juga sedang bermasalah perutnya sehingga bergantian dengan pilot harus sering ngantri di toilet. Alhasil pesawat pun sering disetting dengan mode autopilot.

Kapten Sukar Mengerti sebetulnya ingin memberdayakan semua kru penerbangan,dan juga para penumpang senior. Harapannya semua bisa saling mengisi ketika salah satu di antara mereka harus ke toilet atau keperluan lainnya misal. Namun penumpang tidak pernah mau tahu, tanggung jawab hanya ada di pundak pilot, meski itu hanya sekedar menutup tirai jendela pesawat misalnya.

Di sisi lain para kru muda itu semua disibukkan dengan kesibukan masing-masing. Ada sibuk dengan mainan Aipadnya, ada yang sibuk dengan odong-odongnya, ada yang sesekali keasikan leyeh-leyeh di bale-bale tempat duduknya, dan lain sebagainya. Akhirnya dengan berat hari, Kapten Sukar Mengerti mulai mewacanakan rencana agar pesawat segera landing.

Setelah melakukan komunikasi dengan semua kru dan perwakilan Dewan Pembinasa, dan sosialisasi secara perlahan tentang wacana sotf landing itu, maka setelah mendekati etape kedua di periode penerbangan ini, Kapten Sukar Mengerti segera mempersiapkan semua uba rampe untuk melakukan soft landing. Komunikasi dengan otoritas bandara terkait pun tak lupa terus dilakukan.

Maka dengan alasan untuk proses pembelajaran bagi pilot-pilot berikutnya, dan agar ada regenerasi kapten-kapten baru yang tangguh, Kapten Sukar Mengerti segera menggelar sidang umum majelis penumpang dan mengumumkan pembekuan lisensi terbangnya. Pesawat telah berhasil ia landingkan dg mulus tanpa gejolak, dan Dewan Pembinasa pun menerimanya meski dengan setengah terpaksa.

Dewan Pembinasa masih terngiang dengan wacana penerbangan jarak jauh 5 etape itu, dan Kapten Sukar Mengerti sebenarnya juga ingat dengan hal itu. Tapi pundaknya terlalu rapuh untuk menopang segala keluh kesah penumpang yang tumpah. Maka tidak ada kata lain, pesawat harus segera landing dan harus segera ada pergantian pilot-copilot.

Maka cerita pun akan terus berlanjut. Copilot Awan Senantiasa dipromosikan menjadi pilot baru. Ia ditemani copilot baru, Aiko Bramantyo. Tampak pesawat dengan penerbangan KU-RW11 masih terparkir di hangar. Sejauh ini belum ada  tanda-tanda pesawat akan segera melakukan take off. Dengan diiringi doa, semoga penerbangan pada etape ini lebih mulus. Semoga.



@Jogjakarta, 08/10/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar