Alkisah, di sebuah daerah
yang rakyatnya gemah ripah loh jinawi, teradapatlah satu maskapai penerbangan
dengan nama Al Khoiru Airlines, melayani rute penerbangan dengan jelajah tak
berbatas. Negeri yang menjadi tujuannya pun jauh di mata, tidak selesai hanya
dengan durasi penerbangan satu generasi. Negeri Akherat.
Maskapai Al Khoiru Airlines
mempunyai berbagai pesawat yang siap membawa penumpangnya menjelajah waktu.
Salahnya satunya pesawat dengan spesifikasi semacam boeing 737, yang mampu
membawa banyak penumpang di perutnya. Pesawat dengan kode penerbangan KU-RW11
ini ketika awal beroperasi, menetapkan adanya pergantian pilot tiap 2 etape
perjalanan.
Selama 7 etape yang
ditempuh, maskapai dengan kode penerbangan KU-RW11 ini telah memwisuda 3 pasang
pilot dan copilotnya. Pada masing-masing periode penugasan pilot-copilot
tersebut, selalu terjadi pasang surut kendali pesawat. Selalu ada faktor turbulensi
yang krusial yang mempengaruhi kestabilan penerbangan. Dan faktanya, di tiap
etape selalu dijumpai factor-faktor itu.
Pada periode awal pewawat yang dikomandani oleh Kapten Mars Ada. Karena kondisi masih darurat, maka seingat saya, Kapten Mars Ada sebagai pilot tidak ditemani seorang copilot. Yang saya ingat adalah ketika sidang umum majelis penumpang, majelis mengamanahkan jabatan pilot ini untuk 2 etape perjalanan ke depan. Maka pesawat pun segera take off dengan suksesnya.
Euforia pesawat baru
sedikit banyak menumbuhkan semangat yang membara dalam dada Kapten Mars Ada. Meski
tanpa bantuan copilot pun, apa pun yang terjadi, meski harus melewati badai dan
petir yang menggelegar setiap saat, pesawat harus tetap terbang. Turbulensi
memang berat, maka di etape kedua, Kapten Mars Ada memutuskan menggantung topi
pilotnya.
Maka pada sidang umum
majelis penumpang berikutnya, ditunjuklah Kapten Hari Sapto Wiharso sebagai
pilot etape selanjutnya. Kali ini, sang kapten dibantu seorang copilot, M
Dirman yang lebih senior jam terbangnya. Dengan adanya copilot tersebut
harapannya pilot dan copilot bisa saling bekerja sama ketika menghadapi
berbagai turbulensi pesawat ke depannya.
Rupanya badai dan
petir yang terjadi di luar pada etape ini semakin kencang dan mengganas. Di
sisi lain Kapten Hari tidak mampu bersinergi dengan co pilot M Dirman,
penumpang semakin riuh karena kabin mulai panas. Beberapa penumpang bahkan
berani merangsek ke ruang kokpit, sehingga membuat konsentrasi Kapten Hari
sebagai pilot semakin menipis.
Pada etape ke-4
sebetulnya Kapten Hari telah mempersiapkan untuk landing, namun penumpang
terlalu bising sehingga tidak memberinya kesempatan untuk melakukan manuver. Maka
pada etape ke-5 tanpa pemberitahuan kepada kru pesawat lainnya, Kapten Hari
melakukan manuver landing dengan suksesnya. Legalah dada Kapten Hari, pundaknya
terasa ringan hari itu.
Mau tidak mau
majelis penumpang akhirnya harus menunjuk pilot dan copilot baru. Pensiunan
pilot etape 1-2, Kapten (purn) Mars Ada yang kini duduk sebagai Dewan
Pembinasa, dengan kuasanya menunjuk Kapten Sukar Mengerti sebagai pilot dengan
ditemani copilot Awan Senantiasa. Harapan majelis penumpang agar laju pesawat
bisa semakin membaik kembali membuncah.
Pada sidang umum
majelis penumpang itu pun, terlontar sebuah harapan agar penerbangan kali ini
bisa melewati 5 etape ke depan. Sebuah periode penerbangan yang cukup panjang
yang tentunya membutuhkan energi dan sumber daya yang lebih. Maka dengan penuh
harap, pesawat dengan kode penerbangan KU-RW11 ini kembali mengudara.
Pada etape ini,
sebetulnya pilot dan copilot dalam banyak hal telah mampu melakukan kerja sama
dan saling mengisi tugas. Selain itu kru penerbangan banyak diberdayakan. Penerbangan
di awal-awal menyajikan pemandangan yang mengasikkan. Cuaca relative terkendali
dengan sedikit angin dan sesekali petir menyengat, sesuatu yang biasa bagi
sebuah penerbangan.
Para
kru penerbangan seperti KRMT Erwan Bagus Triatmojo selaku juru ketik mampu
mengoptimalkan perannya, meski sering harus keliling sendiri kepada para
penumpang untuk mengkomunikasikan pesan-pesan dari pilot-copilot. Tumenggung
Samadikun Tiada Tara yang berduet dengan Kyai Selamat Bahagia mampu menghimpun
pundi-pundi keuangan penerbangan.
Belum
lagi bantuan dari kru semacam Ustadz Kasidah Pojok Lapangan yang cukup lihai
melakukan proses negosiasi kepada penumpang agar selalu guyub dalam mendukung
penerbangan, dan peran-peran kru dan penumpang lainnya yang tentu tidak bisa
ditestimonikan satu persatu dalam tulisan ini, semua membuat penerbangan
menjadi semakin hidup.
Lambat
laun, kesibukan para kru yang kebanyakan diisi oleh darah-darah muda mulai
membuat penerbangan rada tersendat. Beberapa penumpang merasa terantuk-antuk
dengan kecepatan pesawat yang tampak tidak stabil. Ransum yang seharusnya bisa
dinikmati tepat waktu mulai sering terlambat, satu dua penumpang mulai protes
meski tidak langsung kepada pilot-copilot.
Pilot
mulai sering harus ke toilet atau sekedar membaringkan badan untuk ngeluk
boyok. Harapannya copilot sigap mengambil alih kemudi. Alih-alih mengambil
peran tersebut, copilot rupanya juga sedang bermasalah perutnya sehingga
bergantian dengan pilot harus sering ngantri di toilet. Alhasil pesawat pun
sering disetting dengan mode autopilot.
Kapten
Sukar Mengerti sebetulnya ingin memberdayakan semua kru penerbangan,dan juga
para penumpang senior. Harapannya semua bisa saling mengisi ketika salah satu
di antara mereka harus ke toilet atau keperluan lainnya misal. Namun penumpang
tidak pernah mau tahu, tanggung jawab hanya ada di pundak pilot, meski itu
hanya sekedar menutup tirai jendela pesawat misalnya.
Di
sisi lain para kru muda itu semua disibukkan dengan kesibukan masing-masing. Ada
sibuk dengan mainan Aipadnya, ada yang sibuk dengan odong-odongnya, ada yang
sesekali keasikan leyeh-leyeh di bale-bale tempat duduknya, dan lain
sebagainya. Akhirnya dengan berat hari, Kapten Sukar Mengerti mulai mewacanakan
rencana agar pesawat segera landing.
Setelah
melakukan komunikasi dengan semua kru dan perwakilan Dewan Pembinasa, dan
sosialisasi secara perlahan tentang wacana sotf landing itu, maka setelah
mendekati etape kedua di periode penerbangan ini, Kapten Sukar Mengerti segera
mempersiapkan semua uba rampe untuk melakukan soft landing. Komunikasi dengan
otoritas bandara terkait pun tak lupa terus dilakukan.
Maka
dengan alasan untuk proses pembelajaran bagi pilot-pilot berikutnya, dan agar
ada regenerasi kapten-kapten baru yang tangguh, Kapten Sukar Mengerti segera
menggelar sidang umum majelis penumpang dan mengumumkan pembekuan lisensi
terbangnya. Pesawat telah berhasil ia landingkan dg mulus tanpa gejolak, dan
Dewan Pembinasa pun menerimanya meski dengan setengah terpaksa.
Dewan
Pembinasa masih terngiang dengan wacana penerbangan jarak jauh 5 etape itu, dan
Kapten Sukar Mengerti sebenarnya juga ingat dengan hal itu. Tapi pundaknya
terlalu rapuh untuk menopang segala keluh kesah penumpang yang tumpah. Maka tidak
ada kata lain, pesawat harus segera landing dan harus segera ada pergantian
pilot-copilot.
Maka
cerita pun akan terus berlanjut. Copilot Awan Senantiasa dipromosikan menjadi
pilot baru. Ia ditemani copilot baru, Aiko Bramantyo. Tampak pesawat dengan
penerbangan KU-RW11 masih terparkir di hangar. Sejauh ini belum ada tanda-tanda pesawat akan segera melakukan
take off. Dengan diiringi doa, semoga penerbangan pada etape ini lebih mulus. Semoga.
@Jogjakarta,
08/10/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar