Senin, 01 September 2008

Laskar Senja : Apakah harapan itu masih ada?

Laskar Senja : Apakah harapan itu masih ada?

1 bulan, 2 bulan, 3 bulan.. kami masih semangat. Bahkan kami sempat membuat motto, “from java with spirit from batavia with love”. Tapi menginjak beberapa bulan kemudian kami merasa kerja kami semakin berkurang konsentrasinya, kadang sakit-sakitan. Istri di rumah juga kadang sakit-sakitan karena kecapekan. Bahkan ada di antara kami yang terkena sakit thypus. Pernah dia terjatuh dari motor sampai 2 kali. ”Mungkin karena melamun memikirkan anak-istri” begitu jawabnya saat kami tanyakan.

Sementara teman kami yang lain, istrinya sering kambuh sakit batu empedunya. Ketika konsultasi kepada dokter disarankan untuk jangan terlalu capek dan jangan banyak bawa beban berat. Bagaimana mau tidak capek, wong sehari-hari harus antar jemput anak sendirian, bekerja di kantor, mengurus bayi yang masih kecil, belum lagi menyelesaikan segala macam permasalahan di rumah, mulai dari masalah pembantu yang sering membuat masalah, sampai masalah anak yang terkadang rewel.. Dia bercerita, pernah suatu malam di rumahnya kemasukan ular, akhirnya malam-malam istrinya harus mengetuk pintu tetangga untuk minta tolong mengeluarkan ular dari rumah. Mendengar cerita tersebut, tentu saja perasaan bersalah dan kebingungan harus berkata apa, karena memang ia tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan beban istrinya.

Belum lagi godaan di kantor: ditawarin uang, dikasih voucer elektronik, HP dan lain-lain. Sudah 1,5 tahun kami sudah menjalani PP jakarta jogja. Hati kami masih mencoba yakin ini hanya sebentar.

Ada di antara kami yang mempunyai kelainan berupa pembengkokkan tulang punggung. Kondisi yang cukup memberatkan ketika perjalanan-perjalanan panjang selalu dia lakukan tiap pekannya demi anak-anak dan keluarganya. Belum lagi tambahan osteoporosis yang juga telah dialaminya. Terapi-terapi untuk mengurangi progresifitas pembengkokan tulang punggungnya semestinya dia lakukan secara rutin. Akan tetapi, jauhnya dari keluarga membuat hal itu tak lagi bisa dilakukan dengan teratur.

Apalagi kemudian kenyataan kami melihat teman-teman kami yang dulu menghindar dari modernisasi ini justru diangkat dan ditempatkan di daerah kami, makin membuat hati kami berkeping-keping. Kami merasa terdzalimi. Kami telah berpeluh lelah meretas jalan ini dengan melalui test yang panjang dan melelahkan, justru akhirnya harus terjauhkan dari keluarga dan tempat tinggal kami.

Mungkin ada yang menyarankan : ”udah diajak aja anak istri ke Jakarta”. Tapi kami (masih) memilih untuk meninggalkan keluarga di sana. Kami tentu mempunyai alasan masing-masing. Di antara kami ada yang istrinya adalah PNS daerah, ada yang istrinya sudah nyaman di daerah asal dan banyak kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan, ada yang orang tuanya sudah sering sakit-sakitan sementara dia anak bungsu yang diharapkan bisa merawatnya. Tapi salah satu alasan yang utama adalah untuk perkembangan anak-anak kami. Rata-rata anak-anak kami berjumlah 3, ada yang baru satu tapi bahkan ada yang sudah 4. Hampir semua sudah usia sekolah. Jika harus memindahkan sekolah mereka, tentulah membutuhkan biasa yang besar. Belum untuk biaya tempat tinggal. Mencari lingkungan tempat tinggal yang baik. Memproses perpindahan istri, bagi yang istrinya juga bekerja. Ah, memikirkannya saja sudah memberatkan.

Akhirnya, di hati terdalam kami... kami masih berharap bisa kembali ke daerah kami. Agar kami kembali bisa bekerja dalam kondisi yang tenang dan fokus. Agar kontribusi kami ke negara ini menjadi lebih optimal’. Dan teman-teman eks jogja, tolong doakan kami kuat & segera bisa pulang.

Bahkan tidak hanya kepada teman-teman kami minta dido'akan. Kepada ustadz yang mengisi acara masjid kantor pun, kami tak lupa minta didoakan agar segera bisa kembali. Termasuk kadang minta do'a ke WP (mudah-mudahan yang ini tidak termasuk gratifikasi).

Kepada anakku...

Maafkan aku, ya nak. Tidak bisa menemani hari-hari kecilmu, masa-masa indahmu. Nak, bukan maksud Ayah lari dari tanggung jawab mendidik, membersamai, mengayomimu. Sungguh anakku, Ayah di sini sangat tersiksa, selalu kangen dan rindu kepadamu. Ayah ingin sekali membantumu mengerjakan PR. Ingin sekali menidurkanmu, menyelimutimu. Sungguh anakku, ayah menjadi cengeng sekarang nak. Sedikit-sedikit menangis, ketika mengingat kamu. Jangan marahi Ayah, ya Nak...

Kepada Istriku...

Maafkan aku, istriku. Aku tidak bisa lagi bersamamu sepanjang waktu, seperti dulu. Istriku, sungguh bukan maksudku untuk menjadi suami yang tak berperasaan meninggalkanmu sendiri menjalankan roda keluarga kita. Sungguh bukan demikian. Sungguh istriku, aku merasa bersalah meninggalkanmu, aku merasa kasihan padamu. Tentunya engkau capek & lelah mengurus anak-anak & rumah kita. Terima kasih atas semuanya. doaku untukmu. Semoga engkau diberi ketabahan.

Kepada DJP ku...

Maafkan kami, bukan maksud kami untuk bekerja setengah-setengah. Tapi memang kami pun mempunyai hati. Ada kepingan-kepingan hati kami yang tertinggal di kota nun jauh di sana. Rindu, sayang, cinta kami ada di sana. Dan sering perasaan itu mendominasi diri kami. Bukan maksud kami mengelak dari tanggung jawab kalo kami kadang-kadang pulang lebih awal. Tapi semata-mata kami ingin segera bertemu dengan mereka. Kami mohon maaf, kami tidak bisa optimal kerja seperti ini. Sering kami tidak fokus dalam pekerjaan kami. Mungkin banyak pula potensi kami yang tidak bisa kami kembangkan dalam suasana hati kami seperti ini. Kami mohon maaf sekali lagi, sering kami merasa capek, lelah menjalani ini semua. Kadang terpikir oleh kami untuk resign saja, demi anak & keluarga kami. Kami terus berharap semoga kami bisa kembali seperti dulu lagi.

Ya Allah........kumpulkan kami kembali dengan keluarga kami.
Ya Allah...kami tahu bahwa semua ini adalah bagian dari takdir-Mu, yang harus kami terima dengan penuh keikhlasan.
Tapi kami pun tahu Ya Rabb...hanya Engkaulah yang Maha Berkuasa, Maha Menerima permohonan dari hamba-hamba-Mu yang dhoif ini.
Ya Allah...kami berharap Engkau akan mengabulkan permohonan kami, melalui kebijakan dan kebijaksanaan para pimpinan kami di DJP ini.
Ya Allah...kabulkanlah permohonan kami. Amin.

**********************

LASKAR PELANGI
LASKAR SENJA
MERETAS MIMPI
BERALAS TIKAR DI SENJA

**********************

Cerita ini mengalir dari jari jemari
Insan-insan yang sedang di mabuk rindu
Mengalir di sela deras hujan di sore itu
Dari tempat-tempat yang berserak di jantung ibu kota

Dikompilasikan di malam yang sepi
Persembahan untuk orang-orang terkasih

Kru Roker Joglo alias PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad)

5 komentar:

  1. jadi sekarang mutasinya tidak regional ya Mas?
    padahal baru mau masuk DJP, dah resign pula, jadi bingung nih.

    BalasHapus
  2. membaca tulisan ini. saya jadi tambah pingin resign

    BalasHapus
  3. Salut mas Keri....
    Ya kami sdr juga sama seperti anda dan rekan-rekan Laskar Senja...kami tim Gorel...pada intinya kita semua bekerja bagi keluarga di rumah...Yogya tercinta...Tetap semangat untuk berkarya....

    BalasHapus
  4. @dhanan : perjalanan masih panjang mas dhanan, di pertimbangkan dulu masak-masak ya.
    @anonim : Tetap semangat... semoga Gusti Allah senantiasa memberi kita kekuatan dan kesehatan, mas... amin

    BalasHapus
  5. sepertinya kita sering ketemu di tugu atau di kereta senja.. meski satu instansi.. sepertinya saya belom memiliki kesempatan menjadi anggota laskar meski banyak temen2 saya yang telah bergabung (sepertinya susah sekali)... tetap semangat dan tetap berharap... semoga Allah mengabulkan doa Bapak..

    BalasHapus