Kamis, 18 September 2008

Semoga Hidayah Itu Kekal

Sebut saya namanya Mas Darso. Seorang lelaki sederhana tetangga rumah di kampung saya. Pekerjaan utamanya adalah tukang batu. Orangnya sederhana dan tidak neko-neko. Untuk kegiatan kemasyarakatan hampir selalu dia menjadi kelompok yang terdepan. Di lingkup RW dia cukup berperan, di lingkup RT lebih lagi. Orangnya tidak banyak biocara tapi jika sudah bekerja seperti tidak kenal lelah.

Dua kali saya meminta keahliannya untuk membenahi rumah saya. Pertama kali adalah saat merapikan kamar mandi rumah saya. Dan yang adalah kedua saat membuat garasi di samping rumah. Pekerjaannya halus. Kerjanya rapi. Masalah jam kerja pun bahkan untuk ukuran orang desa, dia layak diacungi jempol. Pagi belum jam 08.00 dia sudah datang. Saat istirahat siang, dia hanya sekedar menggunakan waktu secukupnya untuk pulang makan siang dan istirahat sejenak. dan belum pukul 13.00 sesudahnya dia sudah datang lagi untuk bekerja sampai pukul 16.00 sore. Ketika minggu pertama tahu upah yang sengaja saya berikan di atas rata-rata upah tukang, pekan berikutnya dia menambah jam kerja bahkan sampai pukul 17.00.

Di lingkup tetangga dia dikenal juga sebagai orang yang ringan tangan. Jika ada yang membutuhkan bantuannya maka ia segera menyanggupinya, sepanjang dia mampu. Pernah ketika awal saya pindah di kampung ini, waktu itu jam menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah saya. Di tengah keterkejutan saya, ketika pintu terbuka yang terlihat adalah wajah dia.

”Mohon maaf, Pak. Maaf mengganggu istirahatnya.” katanya sopan, dengan bahasa jawa halus.

”Oh, tidak apa-apa, Mas. Ada apakah gerangan?” tanya saya.

”Begini Pak. Mas Joko malam ini batu ginjalnya kambuh. Harus segera di bawah ke rumah sakit. Minta bantuan Bapak untuk mengantar ke rumah sakit.” jelasnya.

Mas Joko adalah salah satu tetangga kami. Jarak rumah saya dengan rumah Mas Joko di bandingkan dengan jarak rumah Mas Darso ke rumah Mas Joko, hampir sama. Rupanya istri Mas Joko yang meminta tolong ke Mas Darso untuk memintakan tolong ke saya agar bersedia mengantar ke rumah sakit. Dan karena Mas Darso lah, akhirnya saya berkesempatan untuk melakukan amal baik di pagi buta itu.

Mas Darso termasuk orang yang suka melawak. Dari sisi usia mungkin usianya di atas saya 2 atau 3 tahunan. Kalo bicara kadang tidak basa-basi. Apa adanya. Bahkan dengan saya pun semenjak saat itu makin akrab saya. Sering saya diledeknya, misal saat bertemu saya di jalan di suatu malam, ketika saya tidak datang rapat RT karena lebih berat untuk mengisi liqo’. “Mau dicoret dari daftar warga RT 07 apa ya?” ledeknya waktu itu. Saya hanya menanggapinya dengan tertawa.

Dari semua itu, hanya satu hal yang sangat ingin saya saksikan. Yaitu melihat dia sholat. Saya tidak tahu persis di rumah dia sholat atau tidak. Tapi dari sahabat dekatnya, menginformasikan bahwa dia belum menjalankannya. Selama ini bukan dia tidak mau datang ke mesjid yang kebetulan jaraknya 30 meteran dari rumahnya. Bahkan ketika rapat-rapat pembentukan panitia ramadhan, panitia idul qur’ban, atau ketika rapat untuk pembangunan ataupun perbaikan masjid, hampir dia selalu datang dan berpartisipasi. Tapi untuk sholat atau sekedar datang kajian, saya belum pernah melihatnya.

Empat tahun saya tinggal di kampung ini, belum pernah sekalipun saya menjumpainya sholat. Meski sekedar sholat jumat. Atau pun sholat idul raya. Hingga akhirnya, saat sabtu kemaren kami mengadakan buka puasa bersama di masjid kami. Alhamdulillah Allah berikan saya dan istri rejeki sehingga bisa ikut membantu program kegiatan masjid hari itu. Saya tidak tahu bagaimana ucapan panitia ketika mengundang jama’ah untuk hadir pada acara buka puasa itu. Yang pasti, Mas Darso tiba-tiba bersedia hadir di kajian buka puasa sore itu. Hati saya sedikit gerimis. Dari luar beberapa kali saya perhatikan dia tekun memperhatikan tausiyah dari pembicara.

Kejadian itu berlanjut malam harinya. Saat sholat isya’ dan taraweh ternyata saya menemukan wajahnya di antara jama’ah malam itu. Seusai sholat dia sempat mendatangi dan menyalami saya. Dalam hari saya hanya bisa berdoa, semoga apa yang dia awali di ramadhan ini terus dia jaga. Semoga hidayah yang telah dia dia rintis di bulan ini akan terus tersemai di bulan-bulan mendatang.

             •  • 
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar