“Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri,
supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir.”
(QS Ar Ruum :
21)
SAKINAH
Bahwa
ketika Allah menciptakan untuk kita pasangan
hidup kita, maka yang pertama kali harus terwujud dalam rumah tangga kita adalah
apa yang disebut dengan as-sakinah. Allah menyebut
dalam ayat di atas: “Litaskunu ilaiha”, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Sakinah
secara bahasa berarti tenang, bahagia, terhormat, bermartabat dan memperoleh
pembelaan. Ketika
seseorang laki-laki menyunting perempuan sebagai istrinya, maka faktor yang harus diukur
pertama kali adalah litaskunu ilaiha nya ini muncul tidak.
Perasaan
sakinah ini muncul dari pihak lain, bahasanya ilaiha. Seorang suami merasa sakinah karena ada istri dan seorang istri merasa sakinah karena ada suami. Dan perasaan ini tidak
mungkin dipaksakan muncul dari diri sendiri. Hanya karena ada pasanganlah maka sakinah
ini muncul. Bagi seorang suami ukuran sakinah adalah "istri yang taat
& menjaga amanah". Sedang bagi seorang istri ukuran sakinah adalah kemampuan
suami berfungsi sebagai wali yaitu menjaga & mengembangkan agama, akal,
harta, fisik, kehormatan & keturunannya (5 tujuan syari’ah).
Posisi rasa ini tidak bisa dibalik, sakinah tetap harus lebih
dulu ada, baru kemudian mawaddah warrahmah. Jika dibalik, maka yang dihasilkan adalah pertentangan dan
perpecahan. Bayangkan jika seorang suami mempunyai istri yang cantik
tapi karakter dan hobbynya melawan, membentak dan atau tidak amanah dalam menjaga
kehormatan, harta dan anak-anak. Mungkinkah dia bisa mempertahankan mawaddah warrahmah?
Jawabannya mungkin, tapi pasti akan melelahkannya.
Dan
begitu juga sebaliknya, bayangkan jika ada seorang istri yang punya suami gagah dan tampan,
tapi dia tidak bisa
menjaga ke-5
tujuan syari’ah
dari istri. Maka jangan diharap akan ada rasa mawaddah warrahmah. Yang ada
adalah penzhaliman terhadap dirinya yang terus-menerus. Contoh, kalau orang betawi menyindir menantunya yang masih tinggal dengan mertua, dengan istilah "tumpang-tindih", sudah
numpang,
nindih pula. (afwan, agak vulgar).
Tapi
begitulah sunatullahnya, sebagai seorang suami harus hati-hati karena akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah dalam masalah
ini karena istri
& anak adalah amanah. Ini bukan berarti suami harus kaya raya, bukan begitu. Substansinya
adalah sakinah istri diperoleh dari kemampuan suami untuk
mengembangkan dirinya, untuk mampu sebagai wali
istri dan bapak dari anak-anaknya.
Termasuk
dalam ranah sakinah ini adalah sekufu.
Meskipun
dalam perjalanan, makna sekufu ini bisa diupgrade dan memang harus selalu
diupgrade. Agar komunikasi antara suami dan istri dapat selalu nyambung. Dapat dibayangkan
jika salah satu telmi maka yang terjadi adalah kesenjangan dan bisa berakibat
pada berkurangnya rasa sakinah ini.Maka jangan heran kita menemukan seorang
yang sudah punya
pasangan yang cantik/tampan, tetapi kemudian bubar dan justru mendapatkan
pasangan yang biasa-biasa saja (ukuran umum). Lebih pada karena faktor nyambung
tadi, yang kemudian membawa rasa sakinah.
Masih ingat kisah Pangeran
Charles dan Lady Diana. Apa yang kurang dari seorang Lady Di? Nah, setelah Allah anugerahkan rasa sakinah yaitu seseorang merasa nyaman dan tenang dengan pilihan hidupnya, maka
tahap berikutnya adalah bagaimana usaha kita agar tumbuh mawaddah warahmah
dalam keluarga kita.
MAWADDAH
Kalau rasa yang ini, parameternya hampir sama antara suami dan istri, yaitu "menyenangkan ketika dipandang". Hal ini bermakna jauh, jika istri atau suami saling melihat saja sudah menyenangkan, apalagi menyentuh, memegang, mencium dan lain-lain pasti lebih menyenangkan lagi. Terkait dengan surat ar-Rûm, ayat 21 di atas, Abu al-Hasan al-Mawardy berkata mengenai makna mawaddah warrahmah di dalam ayat ini terdapat empat pendapat:
Pertama, bahwa arti Mawaddah (rasa kasih) adalah al-Mahabbah (kecintaan) sedangkan arti Rahmah adalah asy-Syafaqah (rasa KASIHAN). Kedua, bahwa arti Mawaddah adalah al-Jimâ’ (hubungan badan) dan Rahmah adalah al-Walad (anak). Ketiga, bahwa arti Mawaddah adalah mencintai orang besar (yang lebih tua) dan Rahmah adalah welas asih terhadap anak kecil (yang lebih muda). Keempat, bahwa arti keduanya adalah saling berkasih sayang di antara pasangan suami-isteri. (al-Mawardy: an-Nukat Wa al-’Uyûn).
Dari makna-makna itu, dapat dipahami bahwa mawaddah adalah hal-hal yang berkaitan dengan keterkaitan fisik seperti ketampanan, kecantikan, kesehatan, kebersihan, dan lain-lain yang mendukung adanya rasa suka, bahagia dan senang dalam melakukan hubungan suami-istri. Atau dengan kata yang agak vulgar seorang suami bisa (afwan) terangsang dengan istrinya dan juga sebaliknya. Ini penting karena tanpa ada mawaddah maka tidak akan bisa melakukan hubungan suami-istri yang berakhir dengan kepuasan dan kebahagiaan. Demikian pula sebaliknya, tidak akan mungkin mendapatkan Mawaddah jika kemampuan fisik untuk melakukan hubungan suami-istri secara normal tidak ada.
Dengan demikian perlu untuk selalu kita evaluasi apakah setelah kita menikah, kita atau istri kita mendapatkan mawaddah ini
atau tidak? Suami bisa jadi sangat egois dalam hal ini karena
kepuasan seksualnya sangat mudah, berbeda dengan seorang istri. Untuk mendapatkan
kepuasan, seorang istri
membutuhkan banyak
hal pendukung seperti suasana hati dan juga
tingkat keterangsangan maksimal. Itu sebabnya seorang suami
harus
menjaga fisik sebagaimana
dicontohkan Rasulullah SAW.
Berapa lama kondisi mawaddah bisa kita
dapatkan?
Hal
ini sangat tergantung dari kemampuan masing-masing
kita menjaganya. Untuk
seorang laki-laki jika tanpa dijaga maka kemampuannya
akan turun cepat sejak umur 40 tahun, demikian teori yang disebut-sebut banyak orang. Tetapi
ternyata Rasulullah mencontohkan berbeda. Diperkirakan saat usia 55 Rasulullah
SAW masih mampu "menggilir 9 istrinya dalam semalam".
Ternyata hal itu terbukti menurut penelitian terbaru, kondisi kesehatan pria jauh lebih menentukan gairah seksualnya sedangkan usia justru tidak berpengaruh secara langsung. Teori yang berkembang selama ini mengatakan, gairah seks atau libido pria sangat dipengaruhi oleh kadar testosteron. Hormon ini merupakan hormon seksual yang paling dominan pada pria dan diyakini kadarnya akan terus menurun seiring bertambahnya usia.
Namun menurut penelitian terbaru di University of Sydney, faktor usia tidak akan memicu penurunan kadar testosteron secara langsung. Hormon ini hanya akan turun jika kondisi kesehatan pria berkurang, meskipun kadang kesehatan memang dipengaruhi oleh faktor usia. Temuan yang dipresentasikan di Amerika Serikat tersebut diperoleh dari hasil pengamatan terhadap 325 pria dewasa berusia 40 tahun ke atas. Pengamatan terhadap kondisi kesehatan dan kadar testosteron para partisipan dilakukan selama 3 bulan.
Para partisipan yang berada dalam kondisi kesehatan paling prima rata-rata tidak mengalami penurunan kadar testosteron. Kadar testosteron hanya turun pada partisipan yang mengalami masalah kesehatan, misalnya obesitas, diabetes atau gangguan jantung. Dengan kenyataan semacam ini, adalah kurang baik jika seorang ikhwah sebagai kader dakwah masih saja tidak memperhatikan pola makan dan gaya hidup sehatnya. Padahal dilihat dari sisi manapun semua itu sudah jelas dan kebutuhan sehat itu adalah kebutuhan bagi diri kita pribadi, keluarga, jamaah maupun masyarakat luas.
Utk wanita yang tanpa perawatan, kondisi tubuh umumnya akan cepat sekali drop ketika usia di atas 35 tahun.
Wanita dilahirkan dengan total sekitar 800.000 sel telur dan jumlah ini akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Pada saat usia mencapai sekitar usia 37 tahun, dengan sel telur yang masih tersisa sekitar 25.000, terjadi penurunan sel telur yang semakin cepat dan indung telur akan menyusut hingga seluruh telur habis dan masa menopause tiba.
Wanita biasanya mencapai masa menopause pada usia 50 tahun, dengan lebih kurang 7 atau 8 tahun.
Pada masa menopause wanita menjadi mudah emosi, menangis tanpa sebab, tampilan wajah menjadi kusam, rambut rontok, kulit kering, badan menjadi gemuk, diet apapun tidak ampuh lagi, seluruh badan sakit, cepat lupa dan masih banyak lagi hal yang tidak menyenangkan. Penyebab utamanya adalah penurunan produksi hormon estrogen pada wanita.
ARRAHMAH
Ada
rasa yang satu paket dengan mawaddah yaitu arrahmah. Sebagaimana diuraikan
di atas, alhamdulillah, Allah luar biasa memberikan
rasa ini pada
pasangan suami-istri. Padahal
rasa ini aslinya adalah seperti
rasa kita terhadap anak dan orang tua. Tapi Allah memberikan
juga rasa arrahmah ini pada pasangan suami-istri karena Allah mengetahui
bahwa dengan siklus usia yang berbeda, maka laki laki yang sehat dapat
menjaga turunnya hormon testosteron sehingga
kemampuannya tetap bagus sedangkan bagi wanita tidak ada jalan itu, mereka
suka tidak suka akan mengalami menopause.
Bahkan dalam
beberapa
kasus bisa terjadi di usia produktif 36 tahunan. Jadi mereka tiba tiba bisa jadi "tidak menarik"
lagi bagi suaminya.
Apalagi
jika memang mereka
tidak dirawat atau merawat badannya sendiri. Istri harus merawat tubuhnya dan seorang suami pun semestinya membiayai
istrinya untuk melakukan perawatan
tersebut. Masalah rawat dan merawat tubuh
ini bisa menjadi wajib karena
jelas-jelas di hadist itu haram bagi seorang suami untuk (maaf) berfantasi tentang wanita lain ketika kita berhubungan suami-istri. Demikian pula
sebaliknya.
Alhamdulillah,
seorang suami sudah seharusnya beradaptasi dengan kondisi tersebut sehingga
mereka menemukan keasyikan tersendiri dengan hal yang lain yang bukan bab
mawaddah, misalnya makan-makan yang enak
buatan istrinya. Sehingga
tanpa sadar mereka obesitas dan akhirnya tuntutan mawaddah juga
berkurang seiring dengan turunnya daya tarik istri. Di saat itulah timbul rasa
"arrahmah", jadi seorang suami tetap senang dengan istrinya bukan dalam pandangan mawaddah (terangsang) tapi lebih
pada pandangan sayang, seperti pada anak atau org tua kita.
SIMPULAN
Kesimpulannya, yang harus diwujudkan dan selalu dijaga pertama kali adalah
masalah SAKINAH dulu. Ini paling penting sehingga
sebagai seorang suami
kapasitasnya harus
terus berkembang. Setelah itu jaga mawaddah di kedua pihak. Merawat seorang istri sama prinsipnya dengan perawatan seorang
suami, hanya bedanya wanita itu
tentu membutuhkan
yang lebih "soft". Tidak perlu lari sprint, cukup senam aerobik dan angkat beban sedikit. Luluran bebas apa saja yang cocok, dan yang penting asupan
makanan jangan hanya berpikir enak, prioritasnya adalah HALAL dan BAIK.
Pernah suatu saat, ketika berkunjung ke Pondok Ibnu
Abbas Klaten, melintas di depan kami istri Ust Muin (Mudzir Ibnu Abbas) dengan
menenteng tas di tangan kanannya, bertuliskan: NATASHA!
(Bahan dari sebuah DISKUSI, paparan seorang ikhwah
SENIOR di sebuah instansi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar