Kamis, 16 Juli 2009

And The Star is Me !

Bintang memang identik dengan prestasi. Maka kita akan menemukan istilah bintang kelas, yaitu mereka yang berprestasi di kelasnya. Atau bagi yang suka sepak bola, di sana ada yang namanya bintang lapangan. Bintang juga identik dengan sesuatu yang bernilai lebih, maka lihatlah dalam pengkategorian jenis hotel misal. Kita akan menemukan bahwa hotel berbintang itu mempunyai nilai lebih jika dibandingkan yang tidak berbintang. Dan bintang pun juga berhubungan tingkatan kedudukan. Lihatlah seorang jenderal, ada berapa bintang yang berjejer di pundaknya?

Bintang, dalam makna-makna konotatif selalu berhubungan dengan kesempurnaan dan kecemerlangan. Karena memang bintang itu ditakdirkan berada di atas sana dan bersinar. Bahkan saat jatuhnya pun, orang menganggapnya sebagai pertanda akan datangnya kebaikan.

Jika anak kita dapat nilai bintang dalam buku sekolahnya, itu berarti pertanda baik baginya. Jika anda adalah pelaku bisnis di MLM, maka bertambahnya tanda bintang anda, itu pertanda makin tingginya level keanggotaan anda. Semakin banyak bintang, semakin sukses anda. Itulah bintang. Ia menjadi perlambang kebaikan dalam keseharian kita.

Dalam perjalanan dari masjid pagi ini, aku sempatkan memandang bintang di atas sana. Aku teringat dengan perbincangan kawan-kawanku tentang bintang kemaren. Menjelang kehadiran sang surya, aku masih menemukan satu bintang yang bersinar terang. “Mungkin dia yang dijuluki Bintang Timur” gumamku dalam hati. Tapi semakin aku tajamkan pandanganku, maka seakan bintang-bintang lain berlomba bermunculan. Ada banyak bintang di atas sana.

Faktanya, bintang-bintang di langit jumlahnya bermilyar-milyar. Mereka semua berada di atas sana dan bersinar. Entah dia besar atau kecil, jauh atau dekat, tapi mereka tetaplah bersinar. Mereka semua adalah bintang. Ketika satu bintang terlihat besar dan dominan di atas sana, sejatinya itu karena andil dari adanya bintang-bintang kecil di sekelilingnya. Sementara besar dan kecilnya bintang itu sendiri adalah sesuatu yang terkadang relatif. Bisa jadi memang ukurannya yang kecil, atau sebenarnya dia juga bintang besar, hanya karena jarak pandang kita sehingga bintang itu terlihat kecil oleh kita.

Intinya, bintang itu selalu bersinar. Bintang mengeluarkan sinar dari dalam dirinya, bukan sekedar memantulkan sinar sebagaimana sang bulan. Tabiat bintang itu menyinari, bukan disinari. Tabiat bintang itu menumbuhkan, bukan mendominasi.

Dalam konteks dakwah, kita mungkin tidak pernah meminta untuk menjadi bintang, Tapi kita sejatinya telah ditakdirkan menjadi bintang. Ya, kita semua adalah bintang. Dan Allah telah tetapkan itu. Bukankah Allah telah katakan : Kalian adalah bintangnya umat (khairu ummah) yang dilahirkan untuk manusia! Ya, ini adalah penetapan dari Allah. Adakah dari kita yang hendak mengelak?

Sebagaimana tabiat bintang yang menyinari, maka Allah pun mensyaratkan agar kita juga bersinar. Agar kita bisa menyinari sekitar kita. Apa parameternya? Yaitu (1) menyuruh kepada yang ma'ruf, (2) mencegah dari yang munkar, dan (3) beriman kepada Allah. Cukup tiga hal Allah syaratkan, agar kita menjadi bintang.

Hanya itulah syarat menjadi bintang. Dan kita memang ditakdirkan menjadi bintang. Kita ditakdirkan untuk menyinari. Jika kita adalah pribadi yang menyuruh kepada yang ma’ruf maka kita adalah bintang. Jika kita adalah pribadi yang mencegah dari yang munkar, maka kita adalah bintang. Jika kita adalah pribadi yang beriman kepada Allah, maka kita adalah bintang. Dan jika ketiga aktifitas di atas terhimpun dalam diri kita, maka kita adalah bintangnya umat.

Jadi, apakah anda yang disebut bintang itu?

Pancoran : Pagi menjelang dan setelah sholat subuh, 16/07/2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar