Kamis, 23 Desember 2010

Seperti Pohon yang tak lagi Berbuah : Hampa

Dakwah itu cinta. Kalimat pendek dari judul tulisan ustadz yang digelari syaikut tarbiyah ini, sungguh teramat mengesankanku. Suatu saat dalam perenunganku, pernah terbesik dalam keinginanku untuk membuat buku dengan judul singkat itu : Dakwah itu cinta. Ada banyak ekspresi cinta bisa dihubungkan dengan perjalanan bersama dakwah ini. Semua berkelibat penuh dalam kepala ini, tapi sampai sekarang tak pernah tuntas untuk dituangkan ke dalam tulisan. Semua seakan cukup menjadi hiasan indah dalam kepala ini. Tak mengapa.

Dakwah itu cinta. Melalui dakwah inilah aku dikenalkan kepada cinta yang sesungguhnya. Selalu ada banyak warna dalam perjalanan cinta seseorang. Dulu, murabbi pertamaku telah menuntunku dengan penuh cinta, di saat bahkan aku membaca Al Qur’an saja masih sangat terbata-bata. Darinya aku mulai merasa mesra dan dekat dengan Al Qur’an. Mengejanya dan mentadaburinya ayat demi ayat, meski tertatih-tatih, sungguh itu sangat menentramkanku. Aku masih ingat jika giliran tilawah sampai di depanku, aku akan selalu merasa panas dingin. Tapi dia tak pernah mencela bacaanku.

Dakwah ini juga telah menuntun dan mengarahkan orientasi cintaku. Dengan penuh kerelaan. Bukan perkara mudah, ketika kita harus berani memutus sesuatu yang telah lama terjalin di hati kita, kemudian mengarahkan kepada sesuatu yang lebih bersih dan diridhoi. Maka jangan heran ketika kemudian muncul nasyid dengan judul “Langgam kenangan muda” nya Suara Persaudaraan. Secara kebetuan nasyid itu muncul pada masa-masa pengenalan orientasi cintaku. Sampai kini bahkan nasyid itu masih membekas dalam ingatanku. Ah, cinta itu kadang memang aneh bagiku.

Dakwah ini telah mempertemukanku dengan orang-orang yang lembut dan penuh cinta. Tak pernah ada batasan usia di antara kita untuk saling mengekspresikan cinta. Tak pernah ada dinding status yang membentengi di antara kita untuk saling mengungkapkan rindu. Kelembutan dan cinta itu seakan lekat. Senyum dan sapa mereka selalu khas. Dari sinilah pula aku berlatih tentang ukhuwah dan makna berlapang dada. Semua itu membuatku makin nyaman dengan dakwah ini. Selalu ada kerinduan yang membuncah, ketika lama tidak berinteraksi dengan aktifitas-aktifitas di dalamnya.

Dakwah itu cinta. Dakwah itu mengajak dengan cinta, bukan dengan kebencian dan caci maki. Selalu ada cinta untuk disemai. Seorang dai, ketika melihat kemungkaran, maka energi cintanya akan menuntun untuknya agar sebisa mungkin mencegah kemungkaran tersebut. Apatah lagi untuk mengajak dan memulai kebaikan, ajakan dengan penuh cinta lah yang akan mudah untuk mendapatkan sambutan. Karena ajakan dengan cinta itu adalah ajakan akan ketulusan. Dan ketulusan itu berawal dari hati. Maka ajakan dengan hati, tentulah akan direspon dengan sambutan dari hati juga.

(bersambung - masih dengan dakwah itu cinta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar