Bagi para scolioser (dan pemilik kelainan tulang punggung
lainnya), back pain (nyeri punggung, pegal, dan sejenisnya) seakan menjadi menu
keseharian mereka. Jika malam mulai memeluk, biasanya rasa itu semakin datang
terasa. Aktifitas seharian memang tidak bisa selalu dikontrol agar ramah
terhadap kondisi tulang punggung mereka. Di awal-awal rasa sakit itu muncul, sangat
mungkin menimbulkan rasa frustasi. Karena hanya ketika tidurlah rasa itu seolah
hilang.
Aku bersyukur di awal-awal kesadaran adanya kelainan itu,
dan di tengah waktu memaknai dan meresapi rasa sakit itu, aku dipertemukan
dengan teman-teman yang mempunyai keistimewaan yang sama itu. Meskipun hanya di
media maya. Aku memang menganggap itu sebagai kelainan, tapi sekaligus juga
keistimewaan di sisi lain. Karena di tengah keterbatasan fisik dan rasa sakit
yang muncul setiap saat, memunculkan pribadi-pribadi yang istimewa.
Dari situlah kemudian terjadi dialog antara kami para pemilik
kelainan dan sekaligus keistimewaan tulang punggung ini. Aku sengaja berusaha
menghindari kata penderita kelainan, karena kata itu mengandung asosiasi dan
menebarkan aura yang negatif, yaitu penderitaan. Seolah-olah kemudian kelainan
tulang itu membuat kami menderita dan tak bisa berbuat dan berkarya banyak. Tidak.
Kami harus membuktikan keterbatasan itu tidak akan membatasi kami.
Maka ide paling sederhana dan orisinil waktu itu adalah, sebagai
sesama bloger, kenapa tidak kami kumpulkan saja semua tulisan kami tentang
kisah scoliosis dan membukukannya? Bukankah kalau dibukukan bisa sebagai sarana
untuk saling menguatkan dan di sisi lain bisa untuk warning bagi orang lain
agar tidak mengalami hal serupa. Atau setidaknya kalau ada yang mengalami, ia segera
bisa menyadari dan melakukan tindakan perbaikan seperlunya?
Maka proyek itu pun berjalan. Dimotori Mbak Paramita tadi
dan kawan-kawan, maka lahirlah sebuah buku yang kami cetak secara mandiri juga.
Aku memang tidak ikut menyumbang tulisan dan tidak ikut proses penyusunan dan pencetakannya
sampai selesai. Tapi aku intens mengikuti semuanya. Termasuk ketika aku minta
dikirimkan 2 buah buku setelah selesai tercetak. Satu untuk koleksiku dan satu
lagi untuk aku hadiahkan kepada atasanku, yang kebetulan seorang ibu.
Ada satu judul tulisan dalam kumpulan tulisan itu yang
kemudian disepakati menjadi judul buku itu, “Deal with the Pain”. Perjalanan dan
perenungan panjang kami, mengantarkan kami pada satu kesimpulan bahwa rasa
sakit itu akan selalu ada selama kami hidup kami. Selama tindakan operasi untuk
mengoreksi kebengkokan tulang belum dilakukan, maka ia akan menemani hari-hari
kami. Maka tidak ada kata lain selain, kami harus berdamai dengannya.
Aku cukup terhibur dengan motto teman-teman mudaku itu. Mereka
rata-rata perempuan, masih muda, dan masih panjang langkah-langkah mereka. Tapi
motto itu seakan menjadi pelecut mereka untuk tidak diam karena rasa sakit itu.
Berdamailah. Dan lanjutkan hidupmu. Masih banyak hal yang bisa dilakukan selain
meratapi rasa sakit itu. Lupakan rasa itu. Seolah-olah mereka saling
meneriakkan kata-kata itu, saling menyemangati. Tiba-tiba hari ini aku ingat
mereka.
Kalimat itu pun terus menjadi bagian dari keseharianku,
sampai detik ini. Kalimat ini selalu menginspirasiku dalam banyak hal. Tidak
semua hal dalam kehidupan ini akan sesuai dengan harap dan keinginan kita. Jika
kita tidak cepat melakukan olah rasa, maka tunggulah hatimu akan patah
berkeping-keping menahan sakit karena putusnya harapanmu. Maka aku kembali
ingat nama-nama tadi, aku ingat satu nama lagi, Hanum. Tulisan mereka selalu
menginspirasiku.
Dalam satu diskusi di grup wa-ku tadi, ada yang menyebut
nama Ust. Zuber. Tiba-tiba aku rindu dengan beliau. Aku rindu nasehat-nasehat
beliau. Janjiku untuk mengunjunginya jika aku ke Semarang belum pernah
tertunaikan. Aku cari kontaknya di wa, segera kutuliskan untuk beliau beberapa
kata, “Assalamu’alaikum ustadz. Afwan,
tiba-tiba ana ingin menyapa Njenengan. Semoga ustadz dan keluarga sehat semua
dan sll dalam keberkahan iman. Obat kangen saja. Nuwun.”
@ltdua 13Januari2015, selamat melanjutkan hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar