Aku hendak ke masjid
untuk dhuha. Di depan lift, seorang anak muda langsung menghampiriku, "Mas
Keri, ya?" langsung dia menyapaku dan menjabat tanganku.
Aku agak tertegun, dia seperti begitu mengenalku. Aku tahu dia pegawai baru di kantor ini. Kira-kira sebulan ini dia mulai di sini.
Aku agak tertegun, dia seperti begitu mengenalku. Aku tahu dia pegawai baru di kantor ini. Kira-kira sebulan ini dia mulai di sini.
Beberapa hari lalu seseorang
teman di kantor mencolekku di line chat kantor kami, “Masker, ada anak baru
tuh? Dari Penampilannya keknya anggota pramuka. Kenal gak?” Aku jawab bahwa aku
tidak mengenalnya, dan aku janjikan nanti aku akan coba berkenalan dengan anak
itu.
Setelah bersalaman aku
tarik ke tempat yang agak lega. “Eh iya, kita pernah bertemu ya? Dimana?” aku
antusias menyambutnya.
“Iya mas, saya dulu
pernah ke rumah Mas Keri?” Gubrak! What?
“Masa sih?” aku ingin
meyakinkannya. Sambil susah payah loading menggali memori tentang anak ini.
“Dulu saya minta
dicarikan jodoh di Jogja.” Katanya. Tsaaah…! Bahkan seseorang dengan keperluan
seperti ini masa aku sampai lupa? Hadeeeh.
“Surabaya kan?” tanyaku.
Aku sudah tahu info sekilas sebelumnya. hehee.. “Iya. Saya anak buahnya Mas
Faisal.” O’o.. Mulai di sini aku mulai menemukan benang merah. Dulu memang
pernah ada anak muda berkirim email, kemudian datang ke rumah, memintaku untuk
mencarikan calon pendamping untuknya, mintanya yang asli Yogya.
Hanya aku saat ini benar-benar lupa wajah bahkan namanya, anak yang sekarang ini di hadapanku. Parah. Bahkan sampai saat ini aku tertatih-tatih mengingat namanya, benar-benar blank.
Hanya aku saat ini benar-benar lupa wajah bahkan namanya, anak yang sekarang ini di hadapanku. Parah. Bahkan sampai saat ini aku tertatih-tatih mengingat namanya, benar-benar blank.
“Rumah di jalan Godean ya?”
Main tebak saja diriku. Sudah kadung.
“Bukan mas, di Bugisan.”
Hehee.. Salah lagi. Tepok jidat dah. “Saya dari kemarin mau nyapa Mas Keri tapi
ragu, kayaknya dulu gak pakai kacamata, terus dinas masih di Jakarta. Jadi saya
mengumpulkan informasi dulu. Ternyata benar Mas Keri.”
Satu kelemahanku,
menghafal nama orang yang baru berkenalan. Tapi untuk kasus anak ini, bahkan
wajahnya kok ndilalah yo lali, padahal pernah sampai setor muka ke rumah lho.
Tak apa, aku senang anak ini masih mengingatku.
Aku minta maaf kepadanya. Aku tanyakan alasan pindahnya, katanya ada syaraf matanya yang membuat pandangannya kabur. Well. Pelajaran kembali untukku akan pentingnya mengingat nama seseorang. Aku harus membuka system kepegawaian, tadi egoku terlalu tinggi untuk menanyakan siapa namanya. Haahaa…
Aku minta maaf kepadanya. Aku tanyakan alasan pindahnya, katanya ada syaraf matanya yang membuat pandangannya kabur. Well. Pelajaran kembali untukku akan pentingnya mengingat nama seseorang. Aku harus membuka system kepegawaian, tadi egoku terlalu tinggi untuk menanyakan siapa namanya. Haahaa…
Yogya, Selasa 20Januari2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar