Kamis, 11 Agustus 2011

Dektektif Kesiangan

Dektektif Kesiangan

Senin pagi itu (25 Juli 2011) kereta api bisnis senja utama solo yang aku tumpangi sampai di Jatinegara relatif pagi, kira-kira pukul 04.30. Ke kost di wilayah pancoran, awalnya aku berencana naik taksi dengan kawan, tapi setelah menunggu cukup lama ternyata dia tidak segera nampak batang hidungnya, segera aku putuskan naik ojek. “Berapa Bang?” tanyaku. “Dua puluh lima.” Katanya. “Tidak dua puluh?” basa-basiku, karena aku sebenarnya paling malas dengan yang namanya tawar menawar. “Jauh bos..” jawabnya. Aku anggukkan saja kepalaku segera mendengar jawabannya itu.

Aku sengaja turun di depan komplek, tidak masuk ke dalam karena pemeriksaan oleh satpam jika suasana pagi-pagi begini sangat detil dan ribet. Sampai di depan rumah tampak suasana di dalam rumah masih gelap. Itu artinya 2 orang sahabatku, Mas Amin dan Mas Joko, yang tinggal bareng di rumah ini belum datang juga dari kampung. Maka setelah aku masuk ke rumah segera aku menuju ke lantai atas, tempat kamarku berada. Rumah ini ada 2 lantai, lantai bawah ada satu kamar utama dan lantai atas ada 4 kamar terdiri dari 3 kamar di ruang utama dan satu kamar di ruang samping. Tampak sekilas dari bawah pintu, salah satu kamar di lantai atas lampu dalam kondisi menyala.

Ketiga kamar diruang utama dalam kondisi tertutup. Memang sabtu-ahad kemaren waktu kami pulang, ada pengerjaan pembetulan beberapa saluran air yang bocor di lantai atas sehingga rembes dan merusak plafon lantai bawah. “Greeegh..!” Ooops.. kenapa jadi terkunci pintu kamarku? Aku coba kamar yang sebelahnya, juga terkunci. Kamar yang tampak menyala lampunya tadi, juga terkunci. Aku mencoba ketok dan ucapkan salam, tetap tak ada jawaban. Itu artinya sekali lagi, kedua temanku belum ada yang datang pagi ini. Wah.. bagaimana aku bisa mandi dan ganti baju pagi ini, padahal sepekan ini ada diklat?

Hmm.. aku mencoba berpikir dan mencari solusi pemecahannya. Sahabatku yang ikut tinggal di kamar lantai atas, Mas Joko, aku sendiri baru bertemu dengannya sekali. Belum begitu mengenal tabiatnya. Aku coba buka laci demi laci dan lemari di lantai atas, siapa tahu kunci ada disimpan di salah satu laci, hasilnya tetap nihil. Bergerak aku ke lantai bawah, kamar utama ternyata tidak terkunci. Begitu masuk beberapa laci aku buka, taraaa.... ! Kunci-kunci kamar atas tadi tetap menjadi misteri. Raib! Aku coba telepon Mas Joko tapi tidak pernah diangkat. Yang aku tahu, selepas sholat subuh di masjid, biasanya dia tepar lagi. O-o...

Berikutnya aku coba hubungi Mas Amin, rupanya ia masih perjalanan kereta dari Surabaya. Sampai rumah diperkirakan jam 9-an. Duh..! Pantang semangat, laci demi laci dan lemari di lantai bawah aku coba telusuri satu demi satu. Dan kunci-kunci itu tetap tidak mau menampakkan dirinya. Haduh.. akhirnya dengan setengah pasrah aku terduduk di sofa ruang tamu lantai bawah. Sebagai langkah antisipasi, aku hubungi teman satu bagian di kantor untuk meminjam baju setidaknya untuk hari ini. Sambil menyalakan televisi di depanku, aku mencoba merangkai memori dari jumat kemaren hingga pagi ini. Siapa tahu ada lompatan informasi baru yang membantuku.

Tiba-tiba pandanganku tertegun. Hai-hai... sepertinya aku merasa ada yang tidak biasa. Jam dinding yang aku letakkan di meja bawah televisi itu sepertinya dalam posisi yang tidak biasanya. Sedikit agak menggantung, dan terkesan seperti disengaja. Ini petunjuk bagiku. Petunjuk pertamaku. Maka aku segera bergerak menggeser jam tadi dan... “Triiinggg” satu buah anak kunci terjatuh di hadapanku. Alhamdulillah, satu rahasia sudah aku pecahkan. Maka aku kemudian teringat dengan petunjuk berikutnya yang justru aku dapati di awal tadi, lampu kamar yang menyala. Petunjuk keduaku. Bergegas aku ke lantai atas menuju kamar tadi.

“Ctrekk...!” Persis seperti yang kuduga. Kunci ini memang untuk pintu kamar yang lampunya sengaja dinyalakan tadi. Rahasia kedua sudah aku ungkap. Sekarang tinggal masalah dimana kunci kedua pintu kamar yang lain disimpan di kamar ini. Aku coba identifikasi kamar ini, pasti ada sesuatu yang tidak biasa. Yup, di atas meja kamar ini, ada satu buah popmie yang seharusnya tidak ada di situ pekan kemaren. Cara menaruhnya pun tidak biasa. Ini dia petunjuk ketigaku. Maka begitu aku dekati, di bawah popmie itulah aku dapati 2 anak kunci yang sedari tadi pagi aku cari. Ugghh... lega sudah perasaanku pagi ini, bisa masuk kamar dan tidak perlu meminjam baju untuk hari ini.

Aku hanya terpikir, ini pasti pekerjaan Mas Joko karena yang terakhir keluar dari rumah ini adalah dia. Tapi kenapa harus main petak umpet begini menyimpannya. Ah.. sudahlah, yang penting aku bisa memecahkan permainannya. Dan lebih penting lagi, aku bisa segera mandi dan berangkat ke kantor secepatnya. Pelajaran yang aku dapat pagi ini, biasakan mengamati dan merekam benda-benda di sekitar tempat dan rumah tinggal kita. Suatu saat itu akan berguna. Perpindahan, perubahan, pergeseran posisi, itu mengabarkan kepada kita bahwa seseorang atau sesuatu telah merubahnya. Bisa jadi kebetulan. Bisa jadi disengaja karena ada sesuatu yang ingin disampaikan melalui perubahan itu.



Finished @lantai 19. 11/8/2011. 15.16
Lagi pengin nulis yang ringan-ringan saja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar