Selasa, 18 Desember 2012

Sakinah Mawaddah Warrahmah




Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
 supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir.
(QS Ar Ruum : 21)

SAKINAH

Bahwa ketika Allah menciptakan untuk kita pasangan hidup kita, maka yang pertama kali harus terwujud dalam rumah tangga kita adalah apa yang disebut dengan as-sakinah. Allah menyebut dalam ayat di atas: “Litaskunu ilaiha”, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Sakinah secara bahasa berarti tenang, bahagia, terhormat, bermartabat dan memperoleh pembelaan. Ketika seseorang laki-laki menyunting perempuan sebagai istrinya, maka faktor yang harus diukur pertama kali adalah litaskunu ilaiha nya ini muncul tidak.

Perasaan sakinah ini muncul dari pihak lain, bahasanya ilaiha. Seorang suami merasa sakinah karena ada istri dan seorang istri merasa sakinah karena ada suami. Dan perasaan ini tidak mungkin dipaksakan muncul dari diri sendiri. Hanya karena ada pasanganlah maka sakinah ini muncul. Bagi seorang suami ukuran sakinah adalah "istri yang taat & menjaga amanah". Sedang bagi seorang istri ukuran sakinah adalah kemampuan suami berfungsi sebagai wali yaitu menjaga & mengembangkan agama, akal, harta, fisik, kehormatan & keturunannya (5 tujuan syariah).

Posisi rasa ini tidak bisa dibalik, sakinah tetap harus lebih dulu ada, baru kemudian mawaddah warrahmah. Jika dibalik, maka yang dihasilkan adalah pertentangan dan perpecahan. Bayangkan jika seorang suami mempunyai istri yang cantik tapi karakter dan hobbynya melawan, membentak dan atau tidak amanah dalam menjaga kehormatan, harta dan anak-anak. Mungkinkah dia bisa mempertahankan mawaddah warrahmah? Jawabannya mungkin, tapi pasti akan melelahkannya.

Dan begitu juga sebaliknya, bayangkan jika ada seorang istri yang punya suami gagah dan tampan, tapi dia tidak bisa menjaga ke-5 tujuan syariah dari istri. Maka jangan diharap akan ada rasa mawaddah warrahmah. Yang ada adalah penzhaliman terhadap dirinya yang terus-menerus. Contoh, kalau orang betawi menyindir menantunya yang masih tinggal dengan mertua, dengan istilah "tumpang-tindih", sudah numpang, nindih pula. (afwan, agak vulgar).

Tapi begitulah sunatullahnya, sebagai seorang suami harus hati-hati karena akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah dalam masalah ini karena istri & anak adalah amanah. Ini bukan berarti suami harus kaya raya, bukan begitu. Substansinya adalah sakinah istri diperoleh dari kemampuan suami untuk mengembangkan dirinya, untuk mampu sebagai wali istri dan bapak dari anak-anaknya.

Termasuk dalam ranah sakinah ini adalah sekufu. Meskipun dalam perjalanan, makna sekufu ini bisa diupgrade dan memang harus selalu diupgrade. Agar komunikasi antara suami dan istri dapat selalu nyambung. Dapat dibayangkan jika salah satu telmi maka yang terjadi adalah kesenjangan dan bisa berakibat pada berkurangnya rasa sakinah ini.Maka jangan heran kita menemukan seorang yang sudah punya pasangan yang cantik/tampan, tetapi kemudian bubar dan justru mendapatkan pasangan yang biasa-biasa saja (ukuran umum). Lebih pada karena faktor nyambung tadi, yang kemudian membawa rasa sakinah.

Masih ingat kisah Pangeran Charles dan Lady Diana. Apa yang kurang dari seorang Lady Di? Nah, setelah Allah anugerahkan rasa sakinah yaitu seseorang merasa nyaman dan tenang dengan pilihan hidupnya, maka tahap berikutnya adalah bagaimana usaha kita agar tumbuh mawaddah warahmah dalam keluarga kita.

MAWADDAH

Kal
au rasa yang ini, parameternya hampir sama antara suami dan istri, yaitu "menyenangkan ketika dipandang". Hal ini bermakna jauh, jika istri atau suami saling melihat saja sudah menyenangkan, apalagi menyentuh, memegang, mencium dan lain-lain pasti lebih menyenangkan lagi. Terkait dengan surat ar-Rûm, ayat 21 di atas, Abu al-Hasan al-Mawardy berkata mengenai makna mawaddah warrahmah di dalam ayat ini terdapat empat pendapat:

Pertama, bahwa arti Mawaddah (rasa kasih) adalah al-Mahabbah (kecintaan) sedangkan arti Rahmah  adalah asy-Syafaqah (rasa KASIHAN).
Kedua, bahwa arti Mawaddah adalah al-Jimâ’ (hubungan badan) dan Rahmah adalah al-Walad (anak). Ketiga, bahwa arti Mawaddah adalah mencintai orang besar (yang lebih tua) dan Rahmah adalah welas asih terhadap anak kecil (yang lebih muda). Keempat, bahwa arti keduanya adalah saling berkasih sayang di antara pasangan suami-isteri. (al-Mawardy: an-Nukat Wa al-’Uyûn).

Dari makna
-makna itu, dapat dipahami bahwa mawaddah adalah hal-hal yang berkaitan dengan keterkaitan fisik seperti ketampanan, kecantikan, kesehatan, kebersihan, dan lain-lain yang mendukung adanya rasa suka, bahagia dan senang dalam melakukan hubungan suami-istri. Atau dengan kata yang agak vulgar seorang suami bisa (afwan) terangsang dengan istrinya dan juga sebaliknya. Ini penting karena tanpa ada mawaddah maka tidak akan bisa melakukan hubungan suami-istri yang berakhir dengan kepuasan dan kebahagiaan. Demikian pula sebaliknya, tidak akan mungkin mendapatkan Mawaddah jika kemampuan fisik untuk melakukan hubungan suami-istri secara normal tidak ada.

Dengan demikian perlu untuk selalu kita evaluasi apakah setelah kita menikah, kita atau istri kita mendapatkan mawaddah ini atau tidak? Suami bisa jadi sangat egois dalam hal ini karena kepuasan seksualnya sangat mudah, berbeda dengan seorang istri. Untuk mendapatkan kepuasan, seorang istri membutuhkan banyak hal pendukung seperti suasana hati dan juga tingkat keterangsangan maksimal. Itu sebabnya seorang suami harus menjaga fisik sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.

Berapa lama kondisi mawaddah bisa kita dapatkan?

Hal ini sangat tergantung dari kemampuan masing-masing kita menjaganya. Untuk seorang laki-laki jika tanpa dijaga maka kemampuannya akan turun cepat sejak umur 40 tahun, demikian teori yang disebut-sebut banyak orang. Tetapi ternyata Rasulullah mencontohkan berbeda. Diperkirakan saat usia 55 Rasulullah SAW masih mampu "menggilir 9 istrinya dalam semalam".

Ternyata  hal itu terbukti menurut penelitian terbaru, kondisi kesehatan pria jauh lebih menentukan gairah seksualnya sedangkan usia justru tidak berpengaruh secara langsung.
Teori yang berkembang selama ini mengatakan, gairah seks atau libido pria sangat dipengaruhi oleh kadar testosteron. Hormon ini merupakan hormon seksual yang paling dominan pada pria dan diyakini kadarnya akan terus menurun seiring bertambahnya usia.

Namun menurut penelitian terbaru di University of Sydney, faktor usia tidak akan memicu penurunan kadar testosteron secara langsung. Hormon ini hanya akan turun jika kondisi kesehatan pria berkurang, meski
pun kadang kesehatan memang dipengaruhi oleh faktor usia. Temuan yang dipresentasikan di Amerika Serikat tersebut diperoleh dari hasil pengamatan terhadap 325 pria dewasa berusia 40 tahun ke atas. Pengamatan terhadap kondisi kesehatan dan kadar testosteron para partisipan dilakukan selama 3 bulan.

Para partisipan yang berada dalam kondisi kesehatan paling prima rata-rata tidak mengalami penurunan kadar testosteron. Kadar testosteron hanya turun pada partisipan yang mengalami masalah kesehatan, misalnya obesitas, diabetes atau gangguan jantung
. Dengan kenyataan semacam ini, adalah kurang baik jika seorang ikhwah sebagai kader dakwah masih saja tidak memperhatikan pola makan dan gaya hidup sehatnya. Padahal dilihat dari sisi manapun semua itu sudah jelas dan kebutuhan sehat itu adalah kebutuhan bagi diri kita pribadi, keluarga, jamaah maupun masyarakat luas.


Utk wanita yang tanpa perawatan, kondisi tubuh umumnya akan cepat sekali drop ketika usia di atas 35 tahun.

Wanita dilahirkan dengan total sekitar 800.000 sel telur dan jumlah ini akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Pada saat usia mencapai sekitar usia 37 tahun, dengan sel telur yang masih tersisa sekitar 25.000, terjadi penurunan sel telur yang semakin cepat dan indung telur akan menyusut hingga seluruh telur habis dan masa menopause tiba.

Wanita biasanya mencapai masa menopause pada usia 50 tahun, dengan lebih kurang 7 atau 8 tahun.
Pada masa menopause wanita menjadi mudah emosi, menangis tanpa sebab, tampilan wajah menjadi kusam, rambut rontok, kulit kering, badan menjadi gemuk, diet apapun tidak ampuh lagi, seluruh badan sakit, cepat lupa dan masih banyak lagi hal yang tidak menyenangkan. Penyebab utamanya adalah penurunan produksi hormon estrogen pada wanita.

ARRAHMAH

Ada rasa yang satu paket dengan mawaddah yaitu arrahmah. Sebagaimana diuraikan di atas, alhamdulillah, Allah luar biasa memberikan rasa ini pada pasangan suami-istri. Padahal rasa ini aslinya adalah seperti rasa kita terhadap anak dan orang tua. Tapi Allah memberikan juga rasa arrahmah ini pada pasangan suami-istri karena Allah mengetahui bahwa dengan siklus usia yang berbeda, maka laki laki yang sehat dapat menjaga turunnya hormon testosteron sehingga kemampuannya tetap bagus sedangkan bagi wanita tidak ada jalan itu, mereka suka tidak suka akan mengalami menopause. Bahkan dalam beberapa kasus bisa terjadi di usia produktif 36 tahunan. Jadi mereka tiba tiba bisa jadi "tidak menarik" lagi bagi suaminya.

Apalagi jika memang mereka tidak dirawat atau merawat badannya sendiri. Istri harus merawat tubuhnya dan seorang suami pun semestinya membiayai istrinya untuk melakukan perawatan tersebut. Masalah rawat dan merawat tubuh ini bisa menjadi wajib karena jelas-jelas di hadist itu haram bagi seorang suami untuk (maaf) berfantasi tentang wanita lain ketika kita berhubungan suami-istri. Demikian pula sebaliknya.

Alhamdulillah, seorang suami sudah seharusnya beradaptasi dengan kondisi tersebut sehingga mereka menemukan keasyikan tersendiri dengan hal yang lain yang bukan bab mawaddah, misalnya makan-makan yang enak buatan istrinya. Sehingga tanpa sadar mereka obesitas dan akhirnya tuntutan mawaddah juga berkurang seiring dengan turunnya daya tarik istri. Di saat itulah timbul rasa "arrahmah", jadi seorang suami tetap senang dengan istrinya bukan dalam pandangan mawaddah (terangsang) tapi lebih pada pandangan sayang, seperti pada anak atau org tua kita.

SIMPULAN

Kesimpulannya, yang harus diwujudkan dan selalu dijaga pertama kali adalah masalah SAKINAH dulu. Ini paling penting sehingga sebagai seorang suami kapasitasnya harus terus berkembang. Setelah itu jaga mawaddah di kedua pihak. Merawat seorang istri sama prinsipnya dengan perawatan seorang suami, hanya bedanya wanita itu tentu membutuhkan yang lebih "soft". Tidak perlu lari sprint, cukup senam aerobik dan angkat beban sedikit. Luluran bebas apa saja yang cocok, dan yang penting asupan makanan jangan hanya berpikir enak, prioritasnya adalah HALAL dan BAIK.

Pernah suatu saat, ketika berkunjung ke Pondok Ibnu Abbas Klaten, melintas di depan kami istri Ust Muin (Mudzir Ibnu Abbas) dengan menenteng tas di tangan kanannya, bertuliskan: NATASHA!

(Bahan dari sebuah DISKUSI, paparan seorang ikhwah SENIOR di sebuah instansi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar