Selasa, 12 Agustus 2014

Fraud Dalam Keluarga

Temans, Bang Napi dulu sering menyampaikan dan mengingatkan kita dalam reportasenya bahwa kejahatan itu ada karena adanya niat dan kesempatan. Dalam pengetahuan saya yang dangkal ini, apa yang kita kenal dengan nama fraud (penipuan, penggelapan, kecurangan) adalah merpuakan bagian lain dari bentuk-bentuk kejahatan.

Kejahatan bisa terjadi dimana-mana, dengan berbagai bentuk dan ragamnya. Bahkan dalam keluarga, orang tua bisa menjahati anak, anak jahat kepada orang tuanya, dan tidak sedikit suami menjahati istrinya atau pun sebaliknya. Kita berbincang tentang fraud sejenak ya, agar seperti kata Bang Broery Pesolima dulu : 'Jangan sampai ada fraud di antara kita'

Seorang suami/istri melakukan kejahatan/fraud terhadap pasangannya, apakah mungkin? Sangat Mungkin. Dan banyak terjadi. Apalagi di jaman seperti sekarang ini. Karenanya, bahasan tentang fraud dalam keluarga ini semoga bermanfaat untuk membekali kita semua dari hal-hal buruk tersebut.

Donald R. Cressey dalam penelitian untuk desertasi program doktornya di bidang sosiologi, melakukan penelitian terhadap 200 orang pegawai yag di penjara karena melakukan kejahatan keuangan. Dari jumlah ini dia fokuskan kepada orang-orang yang dikategorikan dalam 'trust violators'... Pelanggar kepercayaan! Orang-orang yang diberi kepercayaan suatu jabatan, kemudian melakukan fraud dalam jabatan tersebut.

Dari penelitian Donald R. Cressey tersebut maka muncullah hipotesa yang kemudian dikenal sebagai TRIANGLE FRAUD. Segitiga Fraud. Fraud dalam konteks apa pun bisa terjadi dikarenakan rentetan dari 3 hal yang akan kita bahas berikut ini.

1. Pressure,

adalah hal/keadaan pertama yang memicu munculnya fraud. Seseorg bisa terperangkap dalam keadaan ter-pressure karena adanya 'non-shareable needs and problems'. Adanya kebutuhan-kebutuhan dan problem-problem yang tidak ter-share dengan baik.

Pressure tidak selalu muncul dari pihak pasangan. Keinginan-keinginan dan harapan-harapan anda yang tidak tersampaikan kepada pasangan anda dengan baik, itu juga bentuk pressure. Waspadalah. Bayangan-bayangan idealisme tentang kriteria pasangan hidup yang diidamkan, juga bisa memunculkan pressure tersebut.

Inilah pentingnya komunikasi yang selalu terbuka, realtime, terus menerus, di antara pasangan hidup. Orang jika sudah tidak bisa dan terbiasa mengkomunikasikan dan membagi 'needs and problems' nya dengan pasangannya, itu akan membuatnya terperangkap dan terjebak dalam pressure.

Inilah hal akan memicu dan memunculkan apa yang kata Bang Napi disebut sebagai NIAT. Atau dalam bahasa hukum dikenal kata MOTIV. Orang melakukan fraud karena adanya motiv tertentu yang muncul karena dalam kondisi pressure.

2. Perceived opportunity,

Ini berkaitan dengan pemahaman adanya pengetahuan yang cukup bagi pelaku bahwa ia cukup aman untuk melakukan tindakan fraud tersebut. Di samping itu, ia pun merasa cukup punya technical skill, cukup keahlian teknis dalam melakukan fraud tersebut. Bahasanya Bang Napi, ada kesempatan kemudian didukung oleh kemampuan teknis. Klop!

Kemampuan teknis, apaan oitu? Gawan bayi kalau istilah orang jawa, talenta, kecenderungan, bakat, dan lain-lain menurut saya bagian dari faktor pendukung tersebut. Jabatan, wajah rupawan, performance yang kalem dan meyakinkan, kecerdasan, keramahan, dan yang sejenisnya juga termasuk di sana.

Hati-hati ya, yang punya bakat ngegombal dengan sembarang orabg, hehee.. Itu potensi. Itu modal.

So, jika seseorg dalam kondisi tekanan (dalam konteks apa pun), dipertemukan dengan kesempatan untuk melakukan fraud, didukung dengan kemampuan dan juga bakat alaminya, maka dengan satu polesan lagi berikutnya, fraud akan terjadi. Polesan apa yang ketiga tersebut? Mari kita tengok.

3. Rasionalization.

Dalam dunia fraud, rasionalization inilah polesan akhir yang mampu mengegolkan sebuah tindakan fraud. Rasionalisasi, pembenaran, ini bisa muncul karena adanya persepsi-persepsi yang telah terbentuk dalam pikiran kita. 'Ah, ini kan cuma sekali', 'Cuma iseng doang kok. 'Lagian, biar tahu rasa, dia', dll dll..

Seseorang jika sudah mampu me-rasionalisasi-kan sebuah fraud, maka akan mudah ia berbuat fraud. Ringan. Tanpa beban. Karena fraud yang ia lakukan dalam persepsi ia sudah ia anggap benar, karena itu boleh jadi kompensasi dari apa yang tidak ia dapatkan dalam keluarganya misal.

Jika dari seorang istri muncul kelebatan bisikan 'Lagian, memang suamiku tidak pernah perhatian padaku selama ini', ..hati-hatilah, ini celah rasionlisasi! Jika seorang suami kadang merenung sendiri, 'Istriku memang tidak mudengan dengan keinginan-keinginanku'.. Waspadalah, ini jebakan batman rasionalisasi!

Rasionalisasi ini rem nya adalah di benteng agama dan moral kita. Jika kita kuat dan erat memeluk nilai-nilai agama dan moral kita, semoga kelak kita selalu dimudahkan dalam menjaga diri dan keluarga kita. Jangan sampai terjadi fraud di tengah-tengah keluarga kita.

Ketika seseorg ditanya, "Mengapa anda melakukan hal itu sekarang? Padahal dulu tidak pernah?" Dari penelitian Donald R. Cressey tersebut, setidaknya ada 3 alasan utama yang muncul: 1. Dulu saya belum punya kebutuhan semacam itu; 2. Dulu saya belum pernah terpikirkan perbuatan semacam itu; 3. Dulu menurut saya perbuatan tersebut adalah buruk, sekarang tidak lagi;

Persepsi-persepsi dan nilai-nilai yang muncul dalam ketiga pernyataan tersebut biasanya dipicu karena faktor lingkungan dan media. Bergaul dengan orang-orang yang baik akan membantu kita menjaga nilai-nilai positif dalam diri kita. Terlalu mudah mencerna dan menelan mentah-mentah tontonan di media di sisi lain akan mudah mendegradasi nilai-nilai kebaikan.

Sebagai misal, dari begitu masivnya tontonan sinetron dan entertainment yang mengeksplorasi dan mengeksploitasi dunia perselingkuhan, membuat kita menjadi lebih permisif dan menganggap wajar kejadian-kejadian tersebut. Kita seolah menjadi seperti tidak perlu lagi merasa aware dan sensitif dengan hal-hal semacam itu. Semoga Allah mudahkan kita semua menjaga diri dan keutuhan keluarga kita semua.

Mekaten, sedikit share terkait dengan bhsan fraud yang dikontekstualisasikan dengan kehidupan berkeluarga. Triangle fraud ini bisa terdapat dalam konteks fraud di manapun. Maka kenali dan cegah jangan sampai terjadi di lingkungan kita. Mareeee...

2 komentar: