Selasa, 18 November 2008

Interaksi Saya dengan ustadz saya : Ust. ZS

Interaksi Saya dengan ustadz saya : Ust. ZS

Malam itu sejatinya ingin saya telepon beliau, biasanya beliau butuh tumpangan untuk datang ke lokasi mabit. Tapi saya sudah lebih dahulu dihampiri oleh seorang teman, sehingga saya putuskan untuk berangkat berboncengan dengan teman saya tersebut.

Belum sampai di lokasi ada teman lain sms, "Akh, saya sudah di lokasi. Di lantai tiga kan? Kok belum ada yang datang ya?". Dia baru bergabung dengan liqoat kami di Pancoran, setelah sebelumnya aktifitas tarbawinya di daerah Tebet. "Yup, saya sedang menuju ke situ Akh." Akhirnya saya berdua teman tadi menjadi peserta mabit yang ketiga dan keempat sampai di lokasi.

Beberapa saat kemudian, ustadz datang. Agak terengah-engah kelihatannya. "Saya tadi sempat tersesat dulu. Diboncengkan sama Akh ****." Melihat beliau kelihatan kelelahan dan agak kepanasan, sejenak saya berharap ikhwah yang datang belakangan tidak lupa untuk membawa minuman dan snack ala kadarnya. Sesuatu yang lupa saya pikirkan sebelumnya.

"Tolong Akh, dibuka jendelanya. Biar ada angin masuk." pinta beliau kepada saya yang kebetulan berada di dekat jendela. Acara pun kemudian kami mulai berlima dengan beliau, tanpa menunggu anggota yang lain datang. Satu per satu teman-teman kami kemudian berdatangan.

Beberapa saat beliau berbicara, saya makin melihat keterengah-engahan beliau. Ternyata tidak ada yang membawa minuman ataupun snack! Kelihatan sekali bahwa beliau kehausan, tapi tidak diucapkannya. Aduhai, kenapa saya menjadi merasa bersalah begini? Biasanya jika hendak mabit, urusan logistik ini yang saya tahu sudah ada yang menangani. Tapi untuk mabit kali ini
sepertinya kemaren lupa dibicarakan.

Selesai acara rutin, saya langsung berinisiatif mengajak seorang teman untuk mencari minuman dan sedikit snack ke luar. Beliau mendekati saya, "Akh, tidak ada minuman. Kalo tidak ada, antum tanggung jawab mencari minuman ya. Panas begini kalo tidak ada minuman bisa dehidrasi kita." Kata beliau sambil sedikit tertawa. "InsyaAllah ustadz, ini saya lagi mau keluar mencari
minum." jawab saya bergegas.

Mencari toko/warung yang cukup lengkap makanan dan minumannya, yang buka di atas jam 22.00 ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Berkeliling kami di sepanjang Jalan Pasar Minggu. Kalo sekedar aqua mudah, tapi yang lain-lain ini yang susah.

Alhamdulillah, akhirnya terhidang aqua gelas satu dus, yakult 10botol, dan martabak telor 2 kotak. Kami santap bersama untuk bekal tidur, biar nyenyak katanya. Hehehehe... "Ustadz, dari Semarang sejak kemaren malam ya?" tanya saya. "Ndak. Barusan saja tadi. Terus langsung ke sini. Saya ke sini ya hanya untuk datang liqo dan mabit malam hari ini. Besok pagi-pagi jam tujuh harus kembali lagi ke Semarang. Pagi ada launching caleg dan sorenya ada acara yang harus diisi." Jawab beliau.

Opss.. jauh-jauh dari Semarang beliau "hanya " untuk datang liqo dan mabit? "Saya kemaren kan sudah berkomitmen, meski masa reses saya akan usahakan dua minggu sekali bisa datang." tandas beliau. Ya, sebenarnya kami semua amat memahami kesibukan beliau. Pun pekan kemaren saat hari senin (beliau muskernas di Makassar), saat saya menemukan miskol beliau di hape saya sampai 8x, saya langsung tanggap ada amanah yang harus saya tunaikan.

Setengah bercanda kembali kembali berucap, "Akh K***, lain kali kalo beli makanan, baiknya ada yang manis dan ada yang asin. Buat jaga-jaga kalo ada yang suka manis atau gak suka asin." Saya hanya tersenyum, "Iya ustadz, tadi rencananya mau beli juga yang manis, tapi karena dua bungkus sudah dirasa banyak dan takut gak kemakan, saya putuskan beli ini aja. Makanya saya beli yakult juga tadz, buat pemanisnya." Hehehee, dasar saya. Selalu saja ada alasan. Tapi memang tadi saya dan teman sudah maju-mundur mau beli makanan yang manis juga, tapi akhirnya kami urungkan.

Pelajaran pertama : Semangat untuk menghadiri halaqoh. Ini setidaknya yang saya coba untuk mengikutinya. Meski dalam kondisi beliau yang bahkan kurang fit sekalipun. Entahlah, yang pasti saya merasakan ketenangan di sana. Semoga saya bisa belajar untuk selalu istqomah di atas jalan dakwah ini. Semoga.

Saat ini saya tidak lagi satu forum dengan beliau. Keputusan struktur membuat kami harus berpisah komunitas. Akan tetapi, saya tiap pekan tetap berkunjung ke rumah kontrakan beliau. Ada satu halaqoh yang harus saya temani setiap pekan, dan rumah beliau menjadi basecamp kami. Terkadang beliau masih sering menitipkan halaqoh yang beliau pegang ke sana. “Waktu antum harus dioptimalkan. Nanti kita carikan halaqoh. Minima dua.” Katanya waktu itu.

Ya, beliau sadar dan tahu bahwa karena keluarga saya ada di daerah, sebagaimana beliau juga, maka waktu-waktu di sini harus dioptimalkan. Maka tiap senin malam, jika beliau sedang di luar kota untuk acara dinas maupun masa reses, beliau hampir selalu menitipkan halaqoh beliau ke saya. “Sebisa mungkin halaqoh yang kita pegang itu rutin berjalan setiap pekan. Meski kita berhalangan, maka usahakan agar ada al akh kita yang menggantikan.” Pesan beliau ketika itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar