Selasa, 18 November 2008

Love : The Art of Balancing

Obrolan santai dengan seorang sahabat tadi malam, secara tidak sengaja berbicara tengang makna keseimbangan. Dalam islam kita mengenal konsep tawazun. Dalam dunia yoga ada istilah ying-yang. Dan dalam ilmu managemen maka kita pun mengenal istilah the art of balancing. Maka dalam dunia cinta mencintai, kita menemukan kaidah keselarasan dan keserasian.

Semua berada dalam alur yang sama, bahwa untuk mencapai kondisi yang baik dan ideal maka diperlukan konsep keseimbangan. Segala sesuatu hanya akan berada dalam titik kestabilan manakala terjadi keseimbangan di sana.

Alam semesta yang begitu luas ini dengan gugusan galaksi-galaksinya, yang merupakan pertautan dari berjuta-juta tata surya, terus bergerak dalam kestabilan karena terjadi keseimbangan di sana. Jika kita kembali mengingat tentang ekosistem, maka mata rantai kehidupan di alam ini hanya akan terus eksis manakala terjadi keseimbangan di mata rantai-mata rantai itu. Satu mata rantai saja hilang, maka ekosistem itu akan bergolak, mencari keseimbangan baru.

Dalam hubungan dengan sesama manusia pun, agar kita mendapatkan relasi yang selaras dan serasi, maka perlu ada keseimbangan di sana. Seimbang dalam menerapkan hak dan kewajiban. Seimbang dalam hal memberi dan menerima. Bisa menempatkan diri di hadapan orang sekaligus memandang keberadaan dan keadaan orang lain dengan kaca mata diri kita. Maka dalam ungkapan jawa kita mengenal tepa selira, yang kemudian mengejawantah dalam definisi tenggang rasa.

Untuk mencapai keselarasan, maka segala sesuatu akan bergerak mencari titik keseimbangan. Seperti teori harga, ia akan bertemu pada titik keseimbangan : pertemuan antara permintaan dan penawaran. Ketika kedua hal itu belum bertemu, akan terus terjadi koreksi di kedua pihak. Jika tidak ada yang mau untuk mengoreksi diri, jangan harap akan terjadi keseimbangan di sana. Inilah seni keseimbangan alam semesta.

Jika kamu mencintai seseorang, agar terjadi keselarasan dan keserasian, maka dibutuhkan keseimbangan di sana. Di satu sisi kamu menuntut cintanya maka kamu harus memberikan perhatian kepadanya. Di lain waktu kamu ingin dia memperhatikanmu, maka tunjukkan cinta dan sayangmu padanya. Harus selalu ada keseimbangan, agar serasi dan selaras.

Jiwamu dan jiwanya tak mungkin akan pernah bertemu dalam cinta, mana kala yang kamu tawarkan kepadanya tidak sesuai yang sedang ia butuhkan. Atau dia meminta darimu sesuatu, tapi kamu enggan untuk memberinya. Semua harus bersambut. Seperti tangan yang jika bertepuk maka harus ada tangan satunya. Maka pintanya adalah untuk menyeimbangkan pemberianmu. Maka pemberiannya adalah untuk mencapai titik keseimbangan akan keinginanmu. Harus ada saling mengisi di sana.

Seorang pencinta sejati, maka ia akan rela mengoreksi standar nilai dalam dirinya, agar tercapai keselarasan dan keserasian dengan pasangannya. Menaikkannya atau bahkan menurunkannya sekali pun. Nilai apa pun itu. Bisa selera. Cita rasa. Hobi. Yang ia butuhkan adalah bertemu jiwa dengan kekasihnya dalam titik keseimbangan itu. Tidak ada ego di sini. Semua akan luntur atas nama cinta jiwa. Di sinilah kamu akan mendapatkan makna pengorbanan yang luar biasa. Yang terkadang tidak bisa diurai dalam kata-kata.

To My Love : Love U So Much...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar