Kamis, 03 April 2008

KADO SPESIAL BUAT SAHABATKU

Tulisan ini saya buat bertahun-tahun yang lalu
Saya ketik ulang dari sebuah ucapan seseorang kepada saya
Sungguh tulisan ini ternyata masih tersimpan dalam folder
di kepingan CD kumpulan data-data pribadi saya

Saya persembahkan dengan sepenuh cinta teruntuk antum
wahai Pengantin Baru



KADO SPESIAL BUAT SAHABATKU

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillah, wash-sholatu wassalamu ‘ala rasulillah. Semoga Allah Sang Perancang Kehidupan ini mengumpulkan kita semua dalam jamaah orang yang pandai bersyukur kepada-Nya dan senantiasa menjaga lisan, hati dan pendengaran kita dari bermaksiyat kepada-Nya.

Wahai Sahabatku…
Seiring tekad antum berdua untuk memulai langkah bersama membangun keluarga islami, bersama itu pula terbit harapan kami untuk melihat tumbuhnya masyarakat Islami yang tunasnya akan kalian semaikan lewat keluarga muslim yang qur’ani. Harapan inilah yang menggerakkan kami untuk berbagi pengalaman dan sedikit nasehat untuk memperkokoh keluarga kalian nanti.

Wahai Sahabatku…
Sesungguhnya inti kekuatan keluarga Islami itu terletak pada kedekatan kita dengan Allah dan keikhlasan kita untuk menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya. Karenanya wahai Wahai Sahabatku, pahamilah hal ini. Terlebih kalian telah memilih satu sama lain karena Allah dan bukankah dalam kondisi lapang kalian memutuskan untuk menerima satu sama lain?

Umumnya penyebab timbulnya goncangan dalam rumah tangga para aktivis bersumber dari pemahaman mereka yang keliru tentang wujud keluarga Islami. Gambaran tentang keluarga yang tanpa masalah bukanlah potret keluarga Islam yang benar. Apalagi jika kemudian beranggapan bahwa pendampingnya kini adalah makhluk serba sempurna yang akan membawanya menuju surga, yang hari-harinya senantiasa diisi dengan ibadah dan jihad.

Kenyataan yang kita dapati lewat lembaran sirah Rasul saw dan para salafus sholih menyimpulkan bahwa keluarga mereka pun tak lepas dari berbagai badai permasalahan. Rasulullah saw pernah diprotes oleh isteri-isterinya yang menghendaki perubahan suasana terutama dalam masalah nafkah (QS. Al Ahzab : 28-29). Pernah suatu ketika, karena tidak kuatnya menahan perlakuan suaminya, Khaulah binti Tsa’labah mengadukan suaminya Aus bin Ash-Shomit kepada Rasulullah saw, pengaduan yang kemudian Allah abadikan pada pembukaan Al Qur’an Surat Mujadalah.

Namun semua itu tak menghanyutkan mereka ra untuk tetap eksis dalam jalan dakwah dan jihad. Rumah tangga mereka tetap kokoh, bahkan mereka mampu me-nyelesaikannya dengan ihsan, tanpa menggoyahkan stabilitas rumah tangga apalagi jama’ah. Perceraian Zaid bin Haritsah dan Zaenab binti Jahsy adalah perkecualian karena Allah hendak me-matahkan tradisi pelarangan menikahi mantan isteri anak angkat yang saat itu berkembang di masyarakat.

Wahai Sahabatku,…
Perbedaan karakter, cara pandang dan kedewasaan masing-masing pihak bisa juga menjadi sumber masalah bagi keluarga muda. Kadang-kadang masalah sepele seperti perbedaan cita rasa dalam makanan dan pakaian bisa berkembang menjadi ketidaksukaan terhadap pasangannya. Kebiasaan lama yang bertolak belakang juga dapat menjadi potensi konflik jika tidak segera diatasi.

Demikian juga dengan pembagian atau penyertaan porsi waktu untuk keluarga, bagi sebagian aktivis yang banyak melewati hari-harinya di luar rumah karena tuntutan tanggung jawab maka praktis porsi waktu untuk keluarga terkadang menjadi prioritas terakhir. Memang pada awalnya hal tersebut bisa dimaklumi, namun jika kondisi ini berjalan terus menerus dan rutin, kemungkinan timbulnya masalah semakin terbuka.
Belum lagi dengan beragam permasalahan eksternal yang siap menghadang, jika benteng iman lemah, tunas-tunas keluarga islami dikawatirkan tak kunjung mekar mewangi. Lalu apa antisipasinya….

Wahai Sahabatku,…
Keluarga Islami adalah keluarga manusia biasa yang sarat dengan terpaan masalah. Dari masalah sepele dan kecil hingga masalah-masalah yang berjkaitan dengan ummat. Faktor pembedanya dengan keluarga awwan adalah pola dan sudut pandang penyelesaian.

Kunci penyelesaiannya terletak pada adanya pemahaman yang benar bahwa hidup berumah tangga juga merupakan bagian perjuangan yang tak lepas dari masalah. Dan kesediaan untuk menerima pasangan hidup apa adanya disertai dengan keyakinan bahwa apa yang ditentukan Allah adalah yang terbaik merupakan benteng yang kokoh. Namun demikian, membina suasana tafahum antar suami isteri harus mendapat porsi yang memadai sehingga permasalahan keluarga dapat diatasi bersama.

Seorang muslim sedapat mungkin harus memberikan porsi pemenuhan hak-hak rumah tangga secara baik. Lihatlah sikap Salman ra ketika menasehati Abu Darda ra yang terlalu sibuk beribadah sehingga melupakan hak-hak rumah tangganya. Salman mengatakan. “Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atas dirimu, begitu pula jiwamu dan kelurgamu. Maka tunaikanlah hak itu atas pemiliknya.”

Kehidupan rumah tangga Islami, memang memerlukan sikap dan perilaku khusus. Pihak isteri seyogyanya tak terlalu menuntut perhatian suami yang memang perhatiannya sudah banyak tersita untuk kemaslahatan ummat, bahkan kalau dapat hal itu justeru didukung. Lihatlah Abu Tholhah dan Ummu Sulaim sebagai contoh. Keduanya mem-punyai persepsi yang sama tentang keharusan menjunjung tinggi dakwah.

Wahai Sahabatku,…
Kami yakin Antum berdua telah begitu memahami apa yang kami tulis di atas, namun tentu tak ada salahnya kalau hal tersebut perlu kita kaji kembali sebagai bekal Antum berdua dalam menjalani roda dakwah dan kehidupan yang telah membentang di depan mata. Kehidupan suami isteri hendaknya bisa saling me-nguatkan satu sama lain. Di saat sang suami sedang dalam kondisi kejenuhan beramal maka tugas isteri adalah untuk kembali mengingatkannya agar senantiasa di jalan Allah, dan demikian pula sebaliknya.

Wahai Sahabatku,…
Sebagai Akhir dari harapan kami, marilah bersama kita luruskan kembali niat kita, karena sesunguhnya Allah menilai amalan anak adam ini dari niatnya. Kenalilah bahwa kita menikah adalah semata-mata untuk menggapai ridho-Nya. Menikah adalah sebagai salah satu wasilah untuk menggapai cinta tertinggi kita yaitu cinta kita kepada-Nya, cinta yang tidak akan menimbulkan rasa penyesalan, cinta yang tidak akan mengecewakan kita bagaimanapun kondisi kita.

Kemudian marilah kita ingat kembali nasehat Rasulullah ketika membekali seorang sahabat yang akan dikirim ke daerah lain, “Bertaqwallah kamu bagai-manapun kondisimu (dimanapun kamu berada), ikutilah perbuatan buruk (ketika kamu terlanjur melakukan) dengan perbuatan baik….dst.” taqwa adalah sebaik-baik bekal kita dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.

Ingat pula janji Allah, “ Barang siapa ber-taqwa kepada Allah, maka akan dijadikan baginya jalan keluar (dari berbagai masalah yang dihadapinya), dan akan diberikan rejeki dari arah yang tiada disangkanya.” (QS. Ath-tholaq : 2-3)

Semoga Allah yang Menguasai hati-hati kita berkenan mewujudkan elegi yang lama terpendam dalam impian kaum muslimin, untuk kembali meraih izzahnya dan mewarnai kehidupan bumi ini dengan indahnya panorama Islam.

Kita baru melangkah, mari mantapkan kembali langkah kita di jalan dakwah ini.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Best Regards

Abu dan Ummu :
- Ammar
- Zahra
- Ghifar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar