Senin, 14 April 2008

Cerita tentang Silaturahim

Hari Sabtu, lebih dari setahun yang lalu saya mengajak anak saya ammar, silaturahim ke tempat mbahnya di klaten, satu jam dari rumah saya sekarang. Selain memang kangen dengan orang tua, saya ada satu tujuan lain yang sebetulnya sudah lama ingin saya lakukan.

Saat itu, sejak membaca bukunya ibnul qoyyim yang berjudul AR RUUH... saya jadi teringat dengan budhe saya yang meninggal setahun sebelumnya. Hampir semenjak penguburan beliau, saya belum pernah lagi menziarahinya. Kenapa saya mendadak mengingatnya?

Karena pertama, masa kecil saya banyak waktu yang saya luangkan dengan beliau dan nenek, karena saya memang ’ditugaskan’ oleh orang tua saya untuk menemani mereka. Saya masih ingat ketika anak tunggalnya yang baru menginjak SMP meninggal, waktu itu saya masih SD kelas 3. Beliau menangis dengan amat sedihnya, karena itu adalah satu-satunya anak lelakinya dan ditambah dengan status janda beliau.

Kedua, jalinan keluarga yang teramat dekat dengan beliau sehingga saya sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri. Meski setelah beliau menikah lagi (kemudian sang suami meninggal lbh dulu saat saya SMA), hubungan kami masih dekat. Saat saya mulai kuliah di jakarta, hampir setiap pulang kampung, selalu saja ada bawaan buat saya. Masih saya ingat ketika saya akan menikah beliau berkomentar, ”Nanti kamu melupakan saya gak ya?”

Dan alasan ketiga, praktis setelah beliau meninggal karena leukimia akut, tak ada anak yang bisa diharapkan sebagai pen-do’a-nya. Kecuali keluarga lain (tinggal bapak saya dan satu budhe saya yang lain) yang barangkali akan berdoa untuknya. Tapi tradisi orang desa, ke kuburan biasanya setahun sekali ketika akan lebaran atau saat nyadran.

Berbekal itulah akhirnya sabtu siang itu, sehabis sholat dhuhur di masjid saya mengajak anak saya untuk berziarah ke pusaranya. Persis seperti yang saya duga, rumput tumbuh liar di sana-sini. Sejenak saya menundukkan kepala di depan pusaranya, mencoba untuk menjadi ’anak’nya kembali, semoga menjadikannya ada do’a yang akan meringankan dalam menjalani masa-masa di alam barzakh.

”Allohummaghfirlaha warhamha wa ’afihi wa’fuanha.Allohumma la tahrimna ajroha wa la taftina ba’daha waghfirlana wa laha.....”

Amien...


Jkt, 14/04/2008
Tulisan lama yang kembali terangkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar