Kamis, 02 Oktober 2014

Keluarga: Hati-hati Jebakan Ilusi


"Lihat tuh Pak, tetangga sebelah sana itu. Suaminya rajin nemenin istrinya ke pasar."
"Istri temenku itu lho Dik, dikasih uang sekian cukup untuk sebulan."
"Suami temanku Mas, memberikan semua kartu banknya pada istri lho."
"Mbok ya sesekali seperti ibu itu, pandai berdandan."

Pernah mendengar kalimat itu? Atau, bahkan pernah merasakan hal yang serupa? Yap. Ketidakpuasan akan pasangan hal yang wajar dan mungkin sering terjadi. Karena pernikahan adalah berkumpulnya dua manusia yang berbeda latar belakang dan kebiasaan. Oleh karenanya, pasti banyak gesekan.

Gesekan biasanya timbul dari rasa tidak puas dan menuntut pasangan sesuai konsep ideal yang ada dalam pikiran. Dalam kondisi seperti ini, mata menjadi lebih nyalang melihat sekitar. Tertangkaplah sosok-sosok yang ndilalah, nampak sangat sempurna. Jauh dibanding pendamping saat ini. Damn!


Harus kita pahami lebih dulu, bahwa sosok (yang nampak) sempurna itu hanyalah kita lihat sesekali. Atau hanya di kantoran saja misal. Bukan gambaran utuh sosok itu. Suami tetangga yang tampak rajin menemani istri ke pasar, ternyata mungkin amat cemburuan. Istri tetangga yang lain bak model itu, ternyata punya pacar di kantornya misal.

Tangkapan mata kita tentang pasangan orang lain sudah pasti tidak utuh dan hanya tampak luar saja. Tidak bijak jika kemudian mengukur pasangan dengan tangkapan parsial itu. Iya, suami sulit diminta menemani ke pasar. Tapi nyatanya ia sangat telaten dan penyabar dalam mengasuh anak-anak kita, bukan?

Benar, istri mungkin selalu tak cukup jika diberikan uang bulanan. Tapi sifatnya memang pemurah dan mudah tersentuh melihat penderitaan orang lain. Jadi, selalu ada alasan untuk bersyukur dengan kelebihan dan kebaikan pasangan kita. Sekecil apapun itu, munculkan. Kekurangannya tidak boleh membuat kita tidak obyektif.

Sikap memandang pasangan orang lain lebih baik dari pasangan kita, sangat berbahaya. Ia akan bisa menjadi awal tumbuhnya bibit-bibit perselisihan. Maka, penuhi memori kita dengan kebaikan-kebaikan pasangan kita. Sesungguhnya sangat banyak sekali kebaikan yang telah dilakukan pasangan kita untuk kita.

Oleh karena itu, jagalah terus keharmonisan rumah tangga kita. Selalu hadirkan momentum yang mengesankan sehingga kita dan pasangan kita selalu tertaut erat satu sama lain. Mari kita camkan pesan seorang ibu kepada anak gadisnya yang akan menikah ini:

"Ndhuk, jika engkau telah memilih, maka tutuplah matamu. Jadikanlah suamimu itu adalah lelaki terbaik dan paling tepat untukmu."

@Yogyakarta, 02 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar