Kamis, 27 Maret 2008

Jangan sampai terlewat

Masa kecil anak-anak kita selalu unik. Sebagaimana kita dulu kecil, ada kenangan-kenangan indah yang kita lewati dalam kebersamaan kita dengan orang tua kita. Walau saya akui, sedikit kenangan yang saya punyai dalam memori otak saya.

Membersamai anak-anak di masa-masa awal, sesuatu yang menakjubkan. Sayang masih ada di antara orang tua yang melewatkan begitu saja waktu-waktu berharga tersebut. Ketika mereka tersadar, anak-anak mereka telah menjadi pribadi yang mandiri, yang mungkin tak lagi butuh banyak kedekatan fisik dengan orang tuanya. Semoga saja kita termasuk di antara mereka.

Dunia anak-anak memang unik. Kedekatan fisik bagi mereka adalah sesuatu yang begitu menentramkan. Saya ingat waktu saya kuliah dulu. Ketika pulang saat liburan, adik saya yang masih di bawah lima tahun begitu bahagia melihat saya. Ketika saya gendong, tak henti-hentinya dia menciumi pipi saya. Sekarang dia sudah kelas 3 STM, saat saya pulang ke rumah, saya masih melihat rona kerinduan di matanya. Tapi tidak lagi seperti dulu, ada jarak yang terasa jauh yang memisahkan kami berdua.

Melihat anak-anak selalu membangkitkan sejuta rasa dan asa. Setiap akhir pekan saya pulang, selalu saya temukan kerinduan dalam hati-hati kami yang begitu dalam. Si sulung yang laki-laki kelas 3 SD, sudah mulai agak canggung untuk mengungkapkan kerinduannya. Sesekali saja dia mencuri-curi waktu mencium pipi saya. Saat menjelang tidur, sesekali dia malu-malu minta ditemenin tidurnya, “Masa adik terus yang dikeloni…” begitu protesnya lain waktu.

Yah, saya merasa harus memanfaatkan waktu-waktu kedekatan fisik ini, karena itu bagian dari seremoni ungkapan kasih sayang yang membahagiakan. Entah berapa lama lagi dia butuh ditemanin saat menjelang tidurnya. Entah berapa lama lagi dia masih mau mencium pipi saya dan tidak malu ketika saya cium pipinya.

Anak kedua yang perempuan kelas 1 SD, lebih unik lagi. Ada ego yang tinggi dalam dirinya untuk mengungkapkan kerinduannya. Jarang kalo saya telepon dia mau berbicara lama seperti kakak dan adiknya. Hanya kalo saya pulang, dia maunya selalu dekat-dekat dengan saya. Ketika saya minta dia mencium pipi saya, “Dek, abi dicium dulu tho..” rengek saya. Ternyata sulitnya minta ampun. Tapi dimanapun saya duduk, dia selalu tidak melewatkan waktu untuk minta dipangku, atau sekedar tiduran di pangkuan saya sambil membaca buku kesukaannya. Saat sholat di masjid pun, begitu selesai salam segera dia menghambur dari barisan sholat perempuan, bermanja-manja di pangkuan saya.

Ah, saya selalu menikmatinya saat-saat seperti ini. Entah sampai kapan dia tidak malu-malu untuk bermanja-manja di pangkuan saya. Setidaknya saat ini saya tidak ingin melewatkan waktu-waktu tersebut.

Si bungsu laki-laki yang masih di playgroup, masih atraktif untuk mengungkapkan kerinduannya. Khas anak-anak. “Kalo abi pulang, sekolahanku tutup…” begitu sering diungkapnya. Saat ditanya, “Dek, kamu kok gak sekolah?” / “Kan abi pulang…” begitu jawabnya ringan. Dia selalu memeriksa tas saya, untuk mencari oleh-oleh yang saya bawa. Saya biasa membawakan oleh-oleh buat anak-anak, meski sekedar susu bantal atau susu kotak boneto. Dia yang selalu berebut dengan kakak perempuannya untuk bermanja-manja di pangkuan saya. Saat saya sholat, kesukaanya adalah bermain-main di punggung saya saat sujud. Pun di saat berdiri dari sujud, seringkali dia bergelantungan di pundak belakang saya.

Saya menikmati kebersamaan ini. “Abi kok suka gendong-gendong adik sih..” katanya suatu waktu. “Karena abi sayang adek..” jawab saya singkat sambil saya cium pipinya.

Masa anak-anak adalah saat-saat yang menakjubkan. Dia terekam dalam memori bawah sadar mereka. Mari berikan memori-memori yang indah di otak mereka. Insya Alloh akan berguna di saat mereka besar nanti.

Mari, jangan lewatkan masa-masa itu…



Buat anak-anakku, terima kasih atas kenangannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar