Kamis, 24 Juli 2008

Kenapa Kepercayaan itu Harus Ditumbuhkan…? (Part 4)

Kenapa Kepercayaan itu Harus Ditumbuhkan…? (Part 4)

Minggu ini kondisi fisik benar-benar agak teler. Selasa malam saya paksakan untuk hadir dalam pertemuan pekanan kami. Bersyukur acara pukul 22.30 sudah selesai. Akan tetapi pagi tadi, hidung makin mampet dan terasa panas. Kepala juga semakin tidak nyaman. Suara terdengar sengau dan sedikit bindheng. Tubuh pun panas dingin.

Ba’da Subuh ada teman satu liqo yang datang ke kost. Mengobrol beberapa saat, sekitar pukul 06.15 dia beranjak pulang. Saya paksakan untuk berangkat kantor, karena ada beberapa berkas yang harus segera disentuh. Mempertimbangkan kondisi fisik dan suara yang tidak prima, saya kirim email ke salah satu binaan saya :

”Akh, antum buku materi/madah tarbiyah?
Tolong nanti malam antum bedah materi "Mahabatullah" ya...
Antum bisa mencari pengayaan dari internet misal
Dicetak dan diperbanyak sekalian ya...

Nanti setelah itu kita diskusikan
Suara saya sedang bariton nih... flu gak habis-habis

Jazakallah...”

Sengaja saya memilih dia karena bagi saya penugasan seperti ini bisa dengan melihat latar belakang dia sebelumnya. Dia sewaktu SMA aktifitas telah banyak bersinggungan dengan dakwah, aktif di rohis dan pernah menjabat sebagai ketua di salah satu periodenya. Kebetulan saat ini sedang proses menikah, harapan saya dengan dia yang memaparkan dan mendalami materi tersebut bisa lebih memantabkan pemahaman karena ada pada saat momen yang tepat, setidaknya itu pertimbangan saya.

Pukul 10.45 akhirnya setelah membuat beberapa surat permintaan data, saya putuskan pulang sebentar ke kost sekedar merebahkan badan. Hawa dingin di ruangan membuat tubuh terasa tidak karuan.

Beberapa saat di kamar kost, terdengar nada sms masuk di hp. Rupanya juga dari binaan di Jogja dulu. Anak sastra UGM. Sekarang sudah kembali ke Semarang. Anaknya memang energik. Mobilitasnya luar biasa. Selepas dari UGM, bersama teman-temannya dia membuat sebuah lembaga pengembangan SDM dan diberinya nama Vista Development Centre. Di sana dia menjadi salah satu trainernya.

”Assalamualaikum. Bro, pa kabar? Mlm ini ane ke jkrta, ada acara di JIC... Eh, subhanallah, ta’aruf ***** berakhir, pihak ortu akhwat berubah pikiran, utk menunggu koas slesai. Oleh krn itu, lbh baik brakhir meski peluang msih terbuka dan harapan itu masih ada. Ada solusi? Hehe, tetap semangat. Jazakallah khoiron.” Tulisnya di sms.

Meski saya tidak lagi membersamai di halaqohnya, anak ini hampir selalu kirim kabar. Beberapa kali jika ada acara di Jakarta dia sempatkan main atau menginap di kost saya. Bahkan pernah mampir ke kantor. Termasuk proses pencarian jodohnya pun, tak lupa diceritakannya ke saya tiap ada perkembangannya.

Saya tidak menawarkan solusi yang jitu ke dia sebagai jawaban smsnya. Hanya saya doakan bahwa apapun keputusan yang dia ambil, semoga itu menjadi yang terbaik baginya. Satu atau dua bulan yang lalu saat berkesempatan ke Jogja, dia minta ijin untuk silaturahim ke rumah. Pada saat itu telah dia ceritakan semua prosesnya. Dan sekarang adalah bagian dari rangkaian proses tersebut, meskipun pada akhirnya keputusannya adalah untuk mengakhiri proses tersebut.

Saling menceritakan keadaan kita. Saling berbagi kabar. Saling menyapa meski sekedar sms atau email. Ternyata bisa membangun kedekatan hati. Kedekatan hati itulah salah satu wasilah yang kemudian akan menumbuhkan kepercayaan. Selanjutnya, terserah anda. Semoga....

Menara Jamsostek, 16.20 : 23/07/2008
Saat sekeping hati itu begitu dirindukan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar