Kamis, 08 Mei 2008

Balada Ai Lav Yu

by masker

“Opssss!” Tiba-tiba saja saya mengernyitkan dahi saya ketika sore itu saya melakukan kebiasaan rutin saya, memeriksa buku catatan sekolah Ammar, anak sulung saya yang duduk di bangku kelas satu sekolah dasar.

Bukan karena Ammar mendapat nilai buruk dalam pelajarannya, bukan pula karena ada pesan tertulis dari Bu Guru, yang memang biasanya dituliskan di baris akhir pekerjaan sekolah anak-anak didiknya, sebagai penyemangat atau koreksi pelajaran.

Di sampul buku belakang bagian dalam, kebetulan beberapa lembar lagi buku tulis tersebut hampir habis terpakai, saya menemukan gambar corat-coret kas anak kecil kemudian dalam sebuah kotak tertulis, “Kholis (gambar hati) Haya”. Agak di bawah juga ditulis lagi “Kholis (gambar hati) Arifa”. Dalam hati saya bertanya-tanya, apa kira-kira yang ada di benak anak saya yang belum genap umur 7 tahun itu ketika dia menulisnya.

Malamnya tidak sabar saya sampaikan hal itu ke istri saya, sebagai bahan diskusi. Setelah melihat sebentar, istri saya komentar, “Dulu waktu ummi kelas 6 SD saja ummi belum tahu lho lambang kayak begitu, apalagi maksudnya.”

“Itu dulu Mi, sekarang kan jaman dah lain.” Jawab saya. “Coba ntar kita tanya langsung ke Ammar apa jawabnya. Tapi kita pura-pura gak tahu aja.” Begitu kesepakatan kami malam itu.

Mula-mula istri saya pura-pura membuka buku catatan tersebut di depan anak saya yang sedang bermain-main. “Mas Ammar, kok ini ada gambar bagus ya, ada tulisannya lagi, kho-lis terus gambar hati ha-ya, apasih Mas artinya?” Begitu melihat tulisan tersebut, kelihatan Ammar senyum-senyum malu, “Ya gitu itu maksudnya Mi” jawabnya. “Gitu itu gimana, apa artinya Kholis temennya Haya gitu?” tanya istri lebih lanjut. “Bukan, ya pokoknya gitu.” Jawabnya agak ogah-ogahan.

“Oh iya, mungkin ai-av-yu ya, kayak bantal ai-lav-yu nya Dik Zahra yang warna pink yang Ummi belikan dulu itu?” Istri saya memancing. Saya lihat anak saya cuma mengangguk sambil terus bermain.

“Mas Ammar boleh kok nulis kayak gitu, tapi sebelumnya ditulis juga misalnya Ammar (gambar hati) Alloh, Ammar (gambar hati) Rosulullah, Ammar (gambar hati) Ummi dan Abi, Ammar (gambar hati) Adik, Ammar (gambar hati) Kholis, dan seterusnya gitu.” Mendengar istri saya mengatakan “Ammar (gambar hati) Kholis” anak saya protes, “Kholis kan laki-laki.”

“Lah, kan Rosul juga laki-laki, Abi juga laki-laki, Dik Ghifar juga laki-laki. Kan tanda hati itu maksudnya tanda sayang, jadi artinya mas Ammar sayang ama Kholis, karena Kholis teman bermain di sekolahan, begitu.” Jawab Istri saya. “Iya deh, iya” begitu kata Ammar.

Saya berfikir, sungguh perkembangan informasi sekarang ini sangat masif sekali. Kita sebagai orang tua harus terus memantau perkembangan anak-anak kita, bukankah anak-anak kita itu amanah dari Alloh yang harus kita jaga dengan penuh tanggung jawab? Miris hati saya kalo melihat di teve berita-berita tentang perilaku pelajar sekarang yang telah terlalu jauh menyimpang, seperti yang terjadi di cianjur, bandung dan jakarta apalagi.

Ya Alloh, bantulah kami mendidik dan menjaga anak-anak kami, amanah yang telah engkau titipkan kepada kami ini.

(Tulisan 2 tahunan yang lalu, sekitar tahun 2005/2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar