Kamis, 08 Mei 2008

Energi = m.g.h

By masker

Masih ingat rumus fisika ini waktu kita di bangku sekolah dulu? Energi adalah hasil dari perkalian massa (m) dan grafitasi (g) dengan faktor ketinggian (h). Biasanya massa dan grafitasi diasumsikan tetap atau konstan sehingga di sini berlaku bahwa energi (E) suatu obyek akan tergantung dan berbanding lurus dengan faktor ketinggian obyek tersebut.

Saya tidak hendak menguji kemampuan fisika anda karena barangkali itu sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan yang anda jalani sekarang. Saya juga tidak sedang bernostalgia dengan nilai fisika saya yang sangat bagus kala di kelas satu dan buruk di dua tingkat berikutnya, waktu saya sma dulu.

Saya hanya ingin sedikit mengajak anda untuk membaca rumus ini dengan kacamata yang lain. Energi (E) di sini saya baca sebagai energi kebaikan yang bersemayam dalam diri kita, yaitu energi dakwah dan energi keshalihan kita. Faktor berikutnya adalah m (maknawiyah), g (ghiroh), serta h (rentang waktu kita beraktifitas dakwah).

Ikhwah sekalian, sebagaimana rumus asalnya, saya berasumsi bahwa anda semua adalah orang-orang yang bisa menjaga kestabilan maknawiyah dan ghiroh keislaman anda. Jika ini benar, maka sesungguhnya semakin jauh dan semakin lama anda menapaki jalan dakwah ini maka seharusnya ia akan melahirkan energi dakwah yang semakin besar pula dalam diri anda. Energi ini adalah energi untuk selalu melahirkan kebaikan di lingkungan kita. Energi yang akan mendorong kita untuk tetap tegar di jalan dakwah para nabi ini, walau mungkin berbagai caci maki dan fitnah datang menghadang.

Saya hanya kembali terbayang dengan para sahabat nabi yang ketika usia mereka yang semakin tua sehingga kekuatan mereka pun tidak seperti di kala mudanya, namun tetap mempunyai energi dan semangat untuk selalu berdakwah dan berjihad di jalan ALLOH. Ingat sebuah kisah ketika ada mobilisasi jihad di masa kekhalifahan, seorang bapak yang sudah uzur usianya sampai harus berdebat dengan anak-anaknya hanya untuk menentukan siapa yang layak berangkat? Masing-masing ngotot ingin berangkat berperang, sehingga akhirnya dengan berat hati anak-anaknya tersebut merelakan sang bapak yang berangkat.

Atau pun para salafus shalih, ulama-ulama terdahulu dan juga ulama-ulama mujahid yang datang kemudian, yang saya banyak menemukan pribadi-pribadi yang sampai masa senjanya mereka selalu bisa menjaga energi keshalihannya. Seiring dengan semakin bertambahnya usia identik dengan semakin bertambahnya pengalaman seseorang dalam bergelut dengan asam garam perjuangan. Sehingga ketika hal ini ditopang dengan kondisi maknawiyah yang kokoh dan terjaga, sekaligus dipupuk dengan ghiroh yang senantiasa menyala dalam dada, inilah kiranya rahasia para mujahid tersebut dalam memelihara energi kebaikannya.

Jika semakin usia kita bertambah ternyata energi kebaikan dan keshalihan kita ternyata tak kunjung meningkat atau bahkan malah semakin surut, maka waspadalah. Waspadalah. Waspadalah. Boleh jadi kekonsistenan anda dalam menjaga kestabilan faktor m dan g dalam diri anda masih kurang. Mari kita berbenah kembali.

(dieja lagi saat langkah-langkah sedang memberat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar