Senin, 26 Januari 2015

Pelupa Tingkat Dewa

Aku hendak ke masjid untuk dhuha. Di depan lift, seorang anak muda langsung menghampiriku, "Mas Keri, ya?" langsung dia menyapaku dan menjabat tanganku. 

Aku agak tertegun, dia seperti begitu mengenalku. Aku tahu dia pegawai baru di kantor ini. Kira-kira sebulan ini dia mulai di sini. 

Beberapa hari lalu seseorang teman di kantor mencolekku di line chat kantor kami, “Masker, ada anak baru tuh? Dari Penampilannya keknya anggota pramuka. Kenal gak?” Aku jawab bahwa aku tidak mengenalnya, dan aku janjikan nanti aku akan coba berkenalan dengan anak itu.

Setelah bersalaman aku tarik ke tempat yang agak lega. “Eh iya, kita pernah bertemu ya? Dimana?” aku antusias menyambutnya.

“Iya mas, saya dulu pernah ke rumah Mas Keri?” Gubrak! What?

“Masa sih?” aku ingin meyakinkannya. Sambil susah payah loading menggali memori tentang anak ini.

“Dulu saya minta dicarikan jodoh di Jogja.” Katanya. Tsaaah…! Bahkan seseorang dengan keperluan seperti ini masa aku sampai lupa? Hadeeeh.

“Surabaya kan?” tanyaku. Aku sudah tahu info sekilas sebelumnya. hehee.. “Iya. Saya anak buahnya Mas Faisal.” O’o.. Mulai di sini aku mulai menemukan benang merah. Dulu memang pernah ada anak muda berkirim email, kemudian datang ke rumah, memintaku untuk mencarikan calon pendamping untuknya, mintanya yang asli Yogya. 

Hanya aku saat ini benar-benar lupa wajah bahkan namanya, anak yang sekarang ini di hadapanku. Parah. Bahkan sampai saat ini aku tertatih-tatih mengingat namanya, benar-benar blank.

“Rumah di jalan Godean ya?” Main tebak saja diriku. Sudah kadung.

“Bukan mas, di Bugisan.” Hehee.. Salah lagi. Tepok jidat dah. “Saya dari kemarin mau nyapa Mas Keri tapi ragu, kayaknya dulu gak pakai kacamata, terus dinas masih di Jakarta. Jadi saya mengumpulkan informasi dulu. Ternyata benar Mas Keri.”

Satu kelemahanku, menghafal nama orang yang baru berkenalan. Tapi untuk kasus anak ini, bahkan wajahnya kok ndilalah yo lali, padahal pernah sampai setor muka ke rumah lho. Tak apa, aku senang anak ini masih mengingatku. 

Aku minta maaf kepadanya. Aku tanyakan alasan pindahnya, katanya ada syaraf matanya yang membuat pandangannya kabur. Well. Pelajaran kembali untukku akan pentingnya mengingat nama seseorang. Aku harus membuka system kepegawaian, tadi egoku terlalu tinggi untuk menanyakan siapa namanya. Haahaa…



Yogya, Selasa 20Januari2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar